PELAJARAN BAHASA INDONESIA: MATERI PUISI

https://pelajarancg.blogspot.com/
Photo siswa pelajar SMK membaca puisi dalam lomba 
Pelajarancg.blogspot.com Mata Pelajaran (Mapel) Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang wajib dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 menempatkan Bahasa Indonesia sebagai penghela Mapel lain dan karenanya harus berada di depan semua Mapel lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Pelajari: PELAJARAN SASTRA: PENGERTIAN DAN CONTOH DARI PUISI

Mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah di ajarkan mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA/MA), hingga Perguruan Tinggi. Khusus untuk SMA/MA Kelas 10, Salah satu contoh materi yang di ajarkan adalah tentang Puisi. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan sastra yang paling dalam. Kata-kata yang dimunculkan mengandung pengertian yang mendalam dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam pernyataan-pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya. Puisi yang dimaksud contohnya mulai dari pengertian, hakekat dan Struktur karya sastra tersebut.


Untuk lebih lengkap mengenai pembelajaran seni sastra tentang puisi dalam mapel Bahasa Indonesia, berikut pembahasan pelajarancg.blogspot.com:


PENGERTIAN PUISI:

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan sastra yang paling dalam. Kata-kata yang dimunculkan mengandung pengertian yang mendalam dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam pernyataan-pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.


Rahmat Djoko Pradopo memberikan definisi puisi sebagai karangan terikat. Keterbatasan puisi tersebut berdasarkan keterikatan atas (1) Banyak baris dalam tiap bait, (2) Banyak kata dalam tiap baris, (3) Banyak suku kata dalam tiap baris, (4) Rima, dan (5) Irama.


Pelajari: YANG MAKSUD DENGAN KATA BAKU, KATA TIDAK BAKU, DAN KATA SERAPAN


Apabila dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian tersebut sudah tidak cocok lagi dengan wujud puisi yang dimaksud zaman sekarang. Keterikatan puisi sudah tidak tervisualisasikan pada bentuk puisi-puisi modern pada saat ini.


Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani "poeima" membuat atau "pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan "membuat" dan "pembuatan", karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan sesuatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.


Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Shelley yang mengatakan bahwa puisi merupakan rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Misalkan saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.


Menurut sejarahnya poeisis, yaitu penciptaan puisi dan seni (tetapi perhatikan bahwa kata poeisis secara etimologi tidak lain artinya daripada hanya “pembuatan” saja, tidak khas untuk seni) dapat pula diberikan sebagai perwujudan gagasan manusia selaku pencipta, yang berkembang secara berangsur-angsur. Baik dalam dunia klasik dengan karya seni sebagai bentuk tekhne yang tertinggi, tetapi masih dalam rangka peneladanan alam.


Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama atau cerita pendek. Perbedaannya terletak pada kepadatan komposisi dengan konvensi yang ketat, sehingga puisi tidak memberi ruang gerak yang longgar pada penyair dalam berkreasai secara bebas. Wajar kalau puisi dikatakan sebagai the most condensed and concentrated from of literature (Parrine, 1974:553) yang maksudnya adalah puisi merupakan bentuk sastra yang paling padat dan terkonsentrasi. Kepadatan komposisi tersebut ditandai dengan pemakaian sedikit kata, namun mengungkap lebih banyak hal. Sebab itu, puisi dapat didefinisikan sebagai berikut:

Puisi dapat didefinisikan sebagai sejenis bahasa yang mengatakan lebih banyak dan lebih intensif daripada apa yang dikatakan oleh bahasa harian. (Parrine, 1979 dalam Aminuddin, 2004:134)


Definisi di atas menyatakan secara implisit bahwa puisi sebagai bentuk sastra menggunakan bahasa sebagai media pengungkapnya. Hanya saja bahasa puisi memiliki ciri tersendiri yakni kemampuannya mengungkap lebih intensif dan lebih banyak ketimbang kemampuan yang dimiliki oleh bahasa biasa yang cenderung bersifat informatif praktis. Oleh sebab itu, pesan yang disampaikan bersifat jelas dan tidak mengandung dimensi ambigu. Hari ini Jakarta berawan; harga kebutuhan pokok menjelang puasa naik; kereta Argo Lawu jurusan Solo-Jakarta anjlok di cirebon, adalah sederet contoh bahasa harian.


Terlepas dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sifat yang terpenting dari puisi adalah puitis. Sesuatu disebut puitis bila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas. Secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis. Dalam hal ini puitik bukanlah referensi, acuan di luar ungkapan bahasa itu yang penting, tetapi kata-kata, pemakaian bahasa itu sendiri yang menjadi pusat perhatian itu walaupun fungsi-fungsi lain bukan tak ada dalam puisi.


Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual, tipografi, susunan bait, dengan bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi, dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa dan sebagainya.


Di antara kemungkinan cara yang disediakan oleh sistem bahasa, dalam bahasa puitik dipilih kemungkinan yang dari segi tertentu menonjolkan ekuivalensi; bekuivalensi itu dapat terwujud dalam gejala yang sangat beranekaragam: ekuivalensi bunyi, dalam bentuk rima, aliterasi, asonansi,; tetapi pula dalam skema mantra seperti dalam kidung dan kakawin, yang mempunyai kesejajaran, antara larik dengan larik, antara pupuh dengan pupuh dan di dalam larik ada macam-macam kesejajaran; seluruhnya disebut sistem mantra.

Pelajari: PENGERTIAN SENI JENIS MACAM CONTOHNYA DALAM KESENIAN

Dari beberapa penjelasan uraian pembahasan pelajarancg.blogspot.com, dapat dikatakan bahwa pemakaian bahasa yang tepat sangat dibutuhkan dalam puisi, sehingga dapat menggetarkan jiwa, dengan keindahan bahasa yang ada dalam puisi. Karena puisi itu ialah keindahan yang terdapat dalam karya seni, keindahan itu kita rasakan sebagai rasa senang, gembira, bahagia, terharu, kagum dan takjub.


Dalam keindahan terkandung kebenaran. Kebenaran di sini ialah kebenaran tentang arti kehidupan, kebenaran yang belum dispesialisasikan dalam bidang-bidang ilmu tertentu. Kebenaran dalam puisi irepresentasikan melalui rangkaian kejadian yang dialami oleh pelaku-pelakunya. Kebenaran yang sekaligus diserap oleh cipta, rasa dan karsa ini dekat pengertiannya dengan kebijaksanaan, kearifan, atau kelapangan dada (broad mindedness).


Puisi dianggap lebih berhasil bila mampu memberikan manfaat dan hiburan. Bermanfaat dapat diartikan mampu memberikan nilai-nilai yang mengarah pada tujuan manusia hidup di dunia. Demikian pula dengan penelitian jenis sastra seperti puisi misalnya, pokoknya diambil dari teori yang dikembangkan dalam poetika tulisan Aristoteles. Sifat bermanfaat dan nikmat (utile dan dulce) sebagai tujuan dari fungsi karya sastra, tetap merupakan tolak ukur sastra.12Nilai-nilai itu memunculkan hikmah-hikmah yang dalam dari suatu peristiwa maupun kisah-kisah yang muncul dalam pernyataan-pernyataan puisi. Nilai puisi tersebut juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka membentuk pandangan hidupnya, karena puisi sangat erat hubungannya dengan falsafah dan agama.


Dari uraian pembahasan pelajarancg.blogspot.com dapat dipahami bahwa puisi sebagai salah satu karya seni memberikan gambaran kepada para pendengar, pembaca dan penikmat akan maksud dan nilai yang ada pada bait yang diungkapkan oleh penyair. Lalu dari beberapa definisi mengenai puisi oleh beberapa para ahli atau tokoh dapat disimpulkan bahwa garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya merupakan unsur-unsur yang berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-campur yang dituangkan pengarang (penyair) dalam prosesnya.


HAKEKAT PUISI:

Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair. I.A. Richard menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi, ada empat unsur hakekat puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.


1) Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang di kemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotres ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta, atau tema kedukaan hati karena cinta. Latar pengetahuan mempengaruhi penafsir-penafsir puisi untuk memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat).


2) Perasaan (feeling)

Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan ikut dihayati pembaca. Tema yang sama akan dituturkan perasaan penyair secara berbeda, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Menghadapi tema keadilan sosial atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan pengemis atau orang gelandangan.


3) Nada dan Suasana

Apabila ada seseorang bicara, kita menangkap apa yang dibicarakan dan suara bicara kadang-kadang meninggi-merendah (nadanya), mengeras-melembut (tekanannya) atau mencepatmelambat (temponya). Selain itu jiga kita menangkap bagaimana sikap pembicara terhadap apa yang dibicarakannya.


Penyair mempunyai sikap tertentu dalam menuliskan puisi, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi.


Sering kali puisi bernada santai karena penyair bersikap santai kepada pembaca. Hal ini dapat kita jumpai dalam puisi-puisi mbeling. Jika nada merupakan sikap penyair kepada pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Sikap pencipta yang dapat kita tangkap dari sajak, cerita atau drama disebut nada. Jika kita bicara tentang sikap penyair, maka kita berbicara tentang nada, jika kita berbicara tentang suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi, maka kita berbicara tentang suasana. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair, dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk.

Pelajari: APA ARTI DARI ESTETIK DAN ESTETIKA BESERTA CONTOHNYA

4) Amanat (pesan)

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan.


Berdasarkan persepsi ahli seperti Ahmadun Yosi Herfanda mengatakan bahwa karya sastra yang bagus memang tidak hanya memancarkan pesona estetik (keindahan) tetapi juga mampu memberikan pencerahan batin dan intelektual kepada para pembacanya. Dalam bahasa pers ia mampu membangun semacam opini publik. Jika bangunan publik itu menguat dan meluas, maka dari situlah proses perubahan social-budaya dapat digerakkan.


Berdasarkan tujuan penciptaannya karya sastra dapat dikelompokkan ke dalam empat orientasi. Pertama, karya sastra sebagai tiruan alam atau penggambaran alam. Kedua, karya sastra sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu pada pembacanya. Ketiga, karya sastra sebagai pancaran perasaan, pikiran, ataupun pengalaman sastrawannya dan Keempat, karya sastra sebagai sesuatu yang otonom, mandiri, lepas dari sekelilingnya, pembaca maupun pengarangnya. Sebenarnya apapun orientasi penciptaan karya sastra, karena merupakan suatu sistem tanda yang menyimpan makna, maka ia akan memiliki kemampuan yang tersembunyi (subversif) untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran pembacanya. Banyak orang misalnya, meyakini bahwa karya-karya besar seperti Max Havelar (Multatuli), Uncle tom Cabin (Beecher Stower), dan sajak-sajak Rabindranat Tagore telah menginspirasi perubahan sosial di lingkungan masyarakat pembacanya masing-masing. Max havelar menginspirasi gerakan politik etis di Hindia Belanda, sajak-sajak Tagore mendorong gerakan pembebasan bangsa India dari penjajahan Inggris, dan Uncle Tom Cabin menginspirasi gerakan anti perbudakan di Amerika Serikat. Dapat disebut juga sajak-sajak cinta tanah air Mohammad Yamin dan Ki Hajar Dewantara yang ikut memupuk rasa kebangsaan anak-anak muda generasi 1920-an dan 1930-an, serta sangatlah mungkin menjadi sumber inspirasi lahirnya Sumpah pemuda.


Dari persepsi bahwa sastra sebagai sumber inspirasi untuk perubahan sosial-budaya, maka dapat dipahami bahwa sastra sebenarnya mempunyai orientasi pada kebermanfaatan, yaitu sebagai media pencerahan dan pencerdasan masyarakat.


STRUKTUR PUISI:

Struktur karya sastra khususnya puisi mencakup struktur intrinsik dan struktur ekstrinsik.


1) Struktur Intrinsik

Intrinsik berarti unsur dalam. Dalam karya sastra berarti unsurunsur yang secara langsung membangun karya sastra itu. Hal-hal yang berhubungan dengan struktur ini seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat.juga termasuk ke dalam hal-hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan unsur intrinsik sebuah puisi meliputi: diksi, rima, ritme, bait, baris, dan tipografi.


2) Struktur Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi social, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi: (1) tradisi dan nilai-nilai, (2) struktur kehidupan social, (3) keyakinan dan pandangan hidup, (4) suasana politik, (5) lingkungan hidup, (6) agama dan sebagainya.


Pelajari: perbedaan unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam cerita


KESIMPULAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA: MATERI PUISI DALAM KARYA SASTRA

Struktur karya sastra khususnya puisi mencakup struktur intrinsik dan struktur ekstrinsik. Dari uraian pembahasan pelajarancg.blogspot.com dapat dipahami bahwa puisi sebagai salah satu karya seni memberikan gambaran kepada para pendengar, pembaca dan penikmat akan maksud dan nilai yang ada pada bait yang diungkapkan oleh penyair. Lalu dari beberapa definisi mengenai puisi oleh beberapa para ahli atau tokoh dapat disimpulkan bahwa garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya merupakan unsur-unsur yang berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-campur yang dituangkan pengarang (penyair) dalam prosesnya.


Dalam Mata Pelajaran (Mapel) Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang wajib dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 menempatkan Bahasa Indonesia sebagai penghela Mapel lain dan karenanya harus berada di depan semua Mapel lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.


Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan sastra yang paling dalam. Kata-kata yang dimunculkan mengandung pengertian yang mendalam dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam pernyataan-pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya.

Post a Comment for "PELAJARAN BAHASA INDONESIA: MATERI PUISI"