Tahun Baru Imlek (sincia) merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai dari pertengahan bulan ke 12 tahun sebelumnya sampai dengan perayaan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti “malam pergantian tahun”. Puncak acara perayaan Tahun baru Imlek sendiri berlangsung selama 3 hari, dari sehari sebelum Imlek sampai sehari sesudah Imlek.
Menurut legenda mengenai asal usul Tahun Baru Imlek, dahulu kala, terdapat seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan, yang bernama Nián, yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkempang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián, yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di Negara-negara tetangga, serta budaya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia sendiri serta negara-negara lain daerah dengan populasi orang Tionghoa yang signifikan.
Di Indonesia sendiri, selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, termasuk tradisi tahun baru Imlek. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional. Adapun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan menjelang perayaan Imlek adalah dengan membersihan rumah secara besar-besaran, termasuk mengecat baru pintu-pintu dan jendela. Ini dimaksud untuk membuang segala kesialan serta hawa kurang baik yang ada dalam rumah dan memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk. Juga dilanjutkan dengan memasang hiasan-hiasan tahun baru yang terbuat dari guntingan kertas merah maupun tempelan kata-kata harapan, seperti Kebahagiaan, Kekayaan, Panjang Umur, serta Kemakmuran. Keluarga melakukan sembahyang terhadap leluhur, bermacam-macam buah diletakkan di depan altar.
Pelajari juga: UCAPAN TAHUN BARU IMLEK 2023
Pada malam tahun baru, setiap keluarga akan mengadakan jamuan keluarga dimana setiap anggota keluarga akan hadir untuk bersantap bersama. Setelah makan, biasanya mereka akan duduk bersama ngobrol, main game, atau hanya nonton TV. Semua lampu dibiarkan menyala sepanjang malam. Tepat tengah malam, langit akan bergemuruh dan gemerlap karena petasan. Semua bergembira. Keesokan harinya, anak-anak akan bangun pagi-pagi untuk memberi hormat dan menyalami orang tua maupun sanak keluarga dan mereka biasanya akan mendapat Ang Pao. Dilanjutkan juga dengan saling mengunjungi saudara yang lebih tua atau kerabat dekat agar mempererat kebersamaan.
Pelajari juga: KUMPULAN KATA MUTIARA UCAPAN IMLEK
Suasana tahun baru berakhir 15 hari kemudian, bersamaan dengan dimulainya “Perayaan Lentera” atau perayaan “Cap Go Meh”. Lentera warna-warni aneka bentuk akan dipasang memeriahkan suasana dan tarian barongsai serta liong juga digelar. Makanan khas pada saat itu adalah “Yuan Xiao”, semacam ronde yang lain. Tradisi dan kebiasaan boleh berbeda, karena tradisi Imlek dilakukan oleh setiap masyarakat Tionghoa yang tersebar diseluruh penjuru dunia, dan tentunya pasti membaur dengan kebiasaan daerah masing-masing. Jadi diharapkan, ada satu semangat yang sama dalam merayakan Tahun Baru Imlek, yaitu suatu harapan akan kedamaian, kebahagiaan keluarga, teman-teman ataupun seluruh penduduk dunia. Selama tahun baru Imlek, semua anggota keluarga harus berkumpul, semuanya harus kembali ke rumah mereka. Jadi sahabat kurikulum pelajarancg.blogspot.com, Tak peduli seberapa jauh lokasinya, sahabat harus kembali ke rumah pada malam sebelumnya. Tak peduli seberapa sibuk, sahabat harus merayakannya di rumah. Jika tidak, sama artinya dengan sahabat tidak lagi menghormati leluhur.
Post a Comment for "SEJARAH TAHUN BARU IMLEK (SINCIA), PELAJARI ARTINYA"