KURIKULUM PELAJARAN: Jatuh pada tanggal 12 Agustus setiap tahunnya, secara Nasional bangsa kita merayakan ulang tahun peringatan hari wanita angkatan udara Indonesia. Wara (singkatan dari Wanita angkatan Udara) adalah bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mungkin beberapa dari siswa di sekolah bahkan kita sendiri belum tahu apa itu Wanita TNI Angkatan Udara (Wara) atau bahkan tentang asal usul mengapa peringatan hari wanita angkatan udara Indonesia masukkan menjadi salah satu daftar dari hari-hari penting Nasional. Oleh sebab itu sebagai referensi, pelajarancg akan membahas mengenai sejarah dari peringatan hari wanita angkatan udara (Wara) Tentara Nasional Indonesia sebagai bahan referensi siswa, guru maupun pengunjung pelajarancg.blogspot.com yang ingin mengenal tentang latar belakang dari sejarah awal pembentukan WARA pada tanggal 12 Agustus 1963 hingga Peringatan Hari (Wanita Angkatan Udara) Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dengan bertitik tolak dan fakta historis serta berlandaskan konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dan idiil Pancasila, maka pada tahun 1962 Deputy Menteri/Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani mendapat tugas dan wewenang untuk membentuk Wanita Angkatan Udara (Wara). Dalam penugasan tersebut telah digariskan, bahwa Wara tersebut bukan merupakan suatu korps tersendiri sebagaimana Korps Wanita TNI-AD (Kowad) dan Korps Wanita TNI-AL (Kowal) yang sudah terbentuk lebih dulu. Keanggotaan Wara diintegrasikan kedalam korps/kecabangan yang berlaku di lingkungan Angkatan Udara sama dengan anggota militer pria lainnya.
Dalam rangka merealisasikan pembentukan Wara tersebut maka langkah kebijaksanaan Pimpinan Angkatan Udara mengadakan telaahan staf yang meliputi empat bidang, yakni;
Sebagai tempat pendidikan Wara tersebut telah pula disepakati, yakni di lereng Gunung Pelawangan berdampingan dengan Gunung Merapi, Kaliurang, Yogyakarta. Pemilihan lokasi yang berhawa dingin ini merupakan tempat yang bersejarah. karena disinilah tempat berkumpulnya para Pemimpin Republik Indonesia mengadakan perundingan dengan perutusan Belanda di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara (KTN) sebelum pecahnya Perang Kemerdekaan II.
Wanita TNI Angkatan Udara meskipun sebagai militer namun adalah seorang wanita yang tunduk dan menjunjung tinggi adat tradisi nenek moyang kita yang terwujudkan dalam sikap dan perlaku ketimuran yang luhur. Selain itu Wara adalah juga seorang wanita yang secara kodrati dan alami memiliki sifat-sifat kewanitaan seperti wanita umum lainnya. Dalam memasuki usia yang kesembilan belas tahun Wara merasa memerlukan seorang Ibu sebagai pembimbing dan penuntun bagi Wara.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor : Skep/24/VI/1982 tanggal 12 Juni 1982 secara fungsional isteri Kasau dikukuhkan sebagai Ibu Winayadati Kanyasena, sedangkan bagi para isteri Panglima Komando Daerah Udara ditunjuk sebagai Ibu Winayadati Kanyasena di daerahnya masing-masing. Sebutan Winayadati Kanyasena adalah pembimbing/penuntun bagi tentara wanita dalam hal ini Wanita TNI Angkatan Udara (Wara).
Setelah berjalan beberapa tahun, “tangan-tangan halus“ itu ternyata mampu menunjukan kemampuan yang lebih. Tugas-tugas yang berkaitan dengan penerbangan mulai dimasuki. Mereka ikut mengatur penerbangan melalui menara pengawas lalu lintas udara (tower). Sejak saat itu Wara terus berkembang, tidak canggung lagi melakukan tugas yang biasanya dilakukan oleh tentara pria.
Tahun 1982, keadaan sudah sangat berbeda. Wara bukan hanya sebagai pengatur penerbangan, tetapi lebih dari itu mereka bahkan menjadi orang yang mendengarkan suara-suara petugas tower dari kokpit pesawat udara, sebagai penerbang. Mulanya dua orang saja yang mengawali pegang kemudi pesawat terbang, Hermuntarsih dan Sulastri Baso. Setelah terbukti kemampuannya, jumlah dua orang itu ditambah lima lagi, Inana, Veronika, Ratih, Sumartini dan endrika.
Tugas menerbangkan pesawat militer membuktikan bahwa Wara tidak kalah berani dari militer pria. Diberinya tugas-tugas lain yang lebih menakutkan. Kali ini melompat dari pesawat terbang, sebagai peterjun bebas (free fall). Ternyata prestasi Wara di penerjunan pun menakjubkan. Tim terjun payung Wara yang diberi nama oleh masyarakat sebagai Pink Force, berhasil memecahkan rekor penerjunan beregu maupun perorangan dalam arena Pekan Olahraga Nasional (PON). Kejuaraan tingkat dunia terjun payung pun pernah diikuti peterjun-peterjun Wara, satu diantaranya adalah Kejuaraan Dunia untuk ketepatan mendarat, di Senayan, 1991.
Di cabang olahraga udara terbang layang, mereka pun berkiprah. Dalam PON XV di Jawa Timur, Juni tahun 2.000, penerbang-penerbang layang Wara ikut ambil bagian dan bahkan menjadi juara. Medali-medali emas, perak dan perunggu berhasil disumbangkan atlit-atlit Wara melalui cabang terbang layang dalam PON-PON sebelumnya, merupakan bukti bahwa mereka memang patut disegani.
Di tahun 1977, Wara mengukir sejarahnya dengan tambahan prestasi. Kalau sebelum ini angkernya petugas Provost TNI AU, penjaga gerbang-gerbang pangkalan udara, hanya didapati polisi militer yang berkumis, maka kini bisa ditemui Provost TNI AU yang memakai rok. Meskipun mereka wanita, namun seragam polisi militernya tetap mencerminkan tingkat disiplin yang tinggi.
Sisi lain kemampuan Wara sebagai militer wanita, adalah di bidang perbaikan pesawat terbang. Wanita yang berseragam biru muda biru tua itu memasuki skadron-skadron tehnik untuk melakukan tugas-tugas perbaikan pesawat terbang, di mana sebelumnya hanya dilakukan oleh tehnisi pria. Berbaju werkpack dan bergelut dengan oli, memang tidak banyak orang berminat ke sana, tetapi Wara ada di sana.
Setiap pelaksanaan kegiatan bakti sosial sabagai salah satu rangkaian kegiatan Ulang Tahun Wanita TNI Angkatan Udara (Wara) tentunya memiliki maksud dan tujuan yang mulia sebagai cerminan pengabdian juga kepedulian untuk menanamkan nilai-nilai sosial serta spiritual bagi setiap para perwira dan bintara korps wanita TNI Angkatan Udara Indonesia (Wara).
Peringatan HUT Wara yang jatuh pada tanggal 12 Agustus 2019, tentu memiliki pesan dengan tema agar hari ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk mawas diri sebagai upaya lebih mengevaluasi kembali sejauhmana kiprah, perjalanan sejarah, pengabdian dan perjuangan Wanita TNI Angkatan Udara di masa lalu yang dapat dilanjutkan dimasa sekarang.
Srikandi angkatan udara Republik indonesia Abdi cita-cita keluarga Perlambang wanita utama Selalu berikan darma bakti Penemban tujuan perjuangan Pelita angkatan udara Menuju Indonesia sentosa.
Daftar Isi:
- LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN WARA (WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA)
- SEJARAH 12 AGUSTUS SEBAGAI PERINGATAN HARI WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA (WARA)
- WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA PERINGATI HARI JADI WARA 12 AGUSTUS 2019
- MARS WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA
- KESIMPULAN PELAJARAN SEJARAH: PERINGATAN HARI WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA 12 AGUSTUS
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN WARA (WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA)
Berdasarkan situs resmi TNI Angkatan Udara Indonesia, Peran serta kaum wanita dalam perjuangan Bangsa Indonesia baik dibidang pertahanan maupun pendidikan, sejak dulu kala tidak dapat diabaikan begitu saja, terlebih-lebih pengorbanan jiwa dan raga yang tidak sedikit. Dengan didasari kesadaran sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 30 ayat I Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan, bahwa tiap-tiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, maka peran serta kaum wanita Indonesia dapat terbuktikan dalam sejarah perjuangan bersenjata Bangsa Indonesia sejak Perang Kemerdekaan sampai kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi.Dengan bertitik tolak dan fakta historis serta berlandaskan konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dan idiil Pancasila, maka pada tahun 1962 Deputy Menteri/Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani mendapat tugas dan wewenang untuk membentuk Wanita Angkatan Udara (Wara). Dalam penugasan tersebut telah digariskan, bahwa Wara tersebut bukan merupakan suatu korps tersendiri sebagaimana Korps Wanita TNI-AD (Kowad) dan Korps Wanita TNI-AL (Kowal) yang sudah terbentuk lebih dulu. Keanggotaan Wara diintegrasikan kedalam korps/kecabangan yang berlaku di lingkungan Angkatan Udara sama dengan anggota militer pria lainnya.
Gambar logo: lambang Tentara Nasional Indonesia (TNI) SWA Bhuwana Paksa |
Dalam rangka merealisasikan pembentukan Wara tersebut maka langkah kebijaksanaan Pimpinan Angkatan Udara mengadakan telaahan staf yang meliputi empat bidang, yakni;
- Bidang Organisasi : Letkol Udara PNB S. Sudjatmiko.
- Bidang Pendidikan : Letkol Udara PNB Tjok Saroso Hurip.
- Bidang Anggaran : Letkol Udara PNB Bob Surasa putra.
- Bidang Personalia: Letkol Udara PNB Sumitro
Sebagai tempat pendidikan Wara tersebut telah pula disepakati, yakni di lereng Gunung Pelawangan berdampingan dengan Gunung Merapi, Kaliurang, Yogyakarta. Pemilihan lokasi yang berhawa dingin ini merupakan tempat yang bersejarah. karena disinilah tempat berkumpulnya para Pemimpin Republik Indonesia mengadakan perundingan dengan perutusan Belanda di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara (KTN) sebelum pecahnya Perang Kemerdekaan II.
Wanita TNI Angkatan Udara meskipun sebagai militer namun adalah seorang wanita yang tunduk dan menjunjung tinggi adat tradisi nenek moyang kita yang terwujudkan dalam sikap dan perlaku ketimuran yang luhur. Selain itu Wara adalah juga seorang wanita yang secara kodrati dan alami memiliki sifat-sifat kewanitaan seperti wanita umum lainnya. Dalam memasuki usia yang kesembilan belas tahun Wara merasa memerlukan seorang Ibu sebagai pembimbing dan penuntun bagi Wara.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor : Skep/24/VI/1982 tanggal 12 Juni 1982 secara fungsional isteri Kasau dikukuhkan sebagai Ibu Winayadati Kanyasena, sedangkan bagi para isteri Panglima Komando Daerah Udara ditunjuk sebagai Ibu Winayadati Kanyasena di daerahnya masing-masing. Sebutan Winayadati Kanyasena adalah pembimbing/penuntun bagi tentara wanita dalam hal ini Wanita TNI Angkatan Udara (Wara).
SEJARAH 12 AGUSTUS SEBAGAI PERINGATAN HARI WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA (WARA)
Masih berdasarkan situs resmi TNI Angkatan Udara Indonesia, Dulu, di awal pembentukannya 12 Agustus 1963, Wanita TNI Angkatan Udara (Wara) memang merupakan realisasi emansipasi wanita. Mereka ingin sama seperti pria, termasuk menjadi anggota militer Angkatan Udara. Kala itu, para sarjana, sarjana muda serta lulusan B-1 wanita, menembus kebiasaan dengan menjadi anggota TNI Angkatan Udara. Kepercayaan pertama diberikan kepada mereka adalah yang sesuai naluri dan kodrat kewanitaan, ditugasi bidang administrasi, guru bahasa, dokter dan satu dua di bidang hukum.Setelah berjalan beberapa tahun, “tangan-tangan halus“ itu ternyata mampu menunjukan kemampuan yang lebih. Tugas-tugas yang berkaitan dengan penerbangan mulai dimasuki. Mereka ikut mengatur penerbangan melalui menara pengawas lalu lintas udara (tower). Sejak saat itu Wara terus berkembang, tidak canggung lagi melakukan tugas yang biasanya dilakukan oleh tentara pria.
Tahun 1982, keadaan sudah sangat berbeda. Wara bukan hanya sebagai pengatur penerbangan, tetapi lebih dari itu mereka bahkan menjadi orang yang mendengarkan suara-suara petugas tower dari kokpit pesawat udara, sebagai penerbang. Mulanya dua orang saja yang mengawali pegang kemudi pesawat terbang, Hermuntarsih dan Sulastri Baso. Setelah terbukti kemampuannya, jumlah dua orang itu ditambah lima lagi, Inana, Veronika, Ratih, Sumartini dan endrika.
Tugas menerbangkan pesawat militer membuktikan bahwa Wara tidak kalah berani dari militer pria. Diberinya tugas-tugas lain yang lebih menakutkan. Kali ini melompat dari pesawat terbang, sebagai peterjun bebas (free fall). Ternyata prestasi Wara di penerjunan pun menakjubkan. Tim terjun payung Wara yang diberi nama oleh masyarakat sebagai Pink Force, berhasil memecahkan rekor penerjunan beregu maupun perorangan dalam arena Pekan Olahraga Nasional (PON). Kejuaraan tingkat dunia terjun payung pun pernah diikuti peterjun-peterjun Wara, satu diantaranya adalah Kejuaraan Dunia untuk ketepatan mendarat, di Senayan, 1991.
Di cabang olahraga udara terbang layang, mereka pun berkiprah. Dalam PON XV di Jawa Timur, Juni tahun 2.000, penerbang-penerbang layang Wara ikut ambil bagian dan bahkan menjadi juara. Medali-medali emas, perak dan perunggu berhasil disumbangkan atlit-atlit Wara melalui cabang terbang layang dalam PON-PON sebelumnya, merupakan bukti bahwa mereka memang patut disegani.
Di tahun 1977, Wara mengukir sejarahnya dengan tambahan prestasi. Kalau sebelum ini angkernya petugas Provost TNI AU, penjaga gerbang-gerbang pangkalan udara, hanya didapati polisi militer yang berkumis, maka kini bisa ditemui Provost TNI AU yang memakai rok. Meskipun mereka wanita, namun seragam polisi militernya tetap mencerminkan tingkat disiplin yang tinggi.
Sisi lain kemampuan Wara sebagai militer wanita, adalah di bidang perbaikan pesawat terbang. Wanita yang berseragam biru muda biru tua itu memasuki skadron-skadron tehnik untuk melakukan tugas-tugas perbaikan pesawat terbang, di mana sebelumnya hanya dilakukan oleh tehnisi pria. Berbaju werkpack dan bergelut dengan oli, memang tidak banyak orang berminat ke sana, tetapi Wara ada di sana.
WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA PERINGATI HARI JADI WARA 12 AGUSTUS 2019
Di 12 Agustus 2019, para perwira dan bintara korps wanita TNI Angkatan Udara Indonesia akan Memperingati Hari Ulang Tahun Wara (Wanita Angkatan Udara) Indonesia yang ke-56. Tentu saja peringatan hari jadi wanita angkatan udara Indonesia pada 12 Agustus telah dipersiapkan sebelum hari puncaknya. Misalnya di Bandung, dalam rangka HUT ke-56 Wara Bakorda AU Bandung telah melaksanakan Bakti Sosial ke SLB Lanud Sulaiman sebagai salah satu rangkaian kegiatan Hari Ulang Tahun Wanita TNI Angkatan Udara yang jatuh pada tanggal 12 Agustus 2019 mendatang.Setiap pelaksanaan kegiatan bakti sosial sabagai salah satu rangkaian kegiatan Ulang Tahun Wanita TNI Angkatan Udara (Wara) tentunya memiliki maksud dan tujuan yang mulia sebagai cerminan pengabdian juga kepedulian untuk menanamkan nilai-nilai sosial serta spiritual bagi setiap para perwira dan bintara korps wanita TNI Angkatan Udara Indonesia (Wara).
Peringatan HUT Wara yang jatuh pada tanggal 12 Agustus 2019, tentu memiliki pesan dengan tema agar hari ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk mawas diri sebagai upaya lebih mengevaluasi kembali sejauhmana kiprah, perjalanan sejarah, pengabdian dan perjuangan Wanita TNI Angkatan Udara di masa lalu yang dapat dilanjutkan dimasa sekarang.
Baca:
MARS WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA
Wanita angkatan udara republik indonesia siap laksanakan tugas mulya membela ibu pertiwi sedia korbankan jiwa raga menjunjung tinggi harkat wanita setia pada pancasila perjuangan kita pasti jayaSrikandi angkatan udara Republik indonesia Abdi cita-cita keluarga Perlambang wanita utama Selalu berikan darma bakti Penemban tujuan perjuangan Pelita angkatan udara Menuju Indonesia sentosa.
KESIMPULAN PELAJARAN SEJARAH: PERINGATAN HARI WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA 12 AGUSTUS
Sebagai kesimpulan akhir pelajarancg.blogspot.com, tiada kata yang lebih bijaksana selain doa dan harapan dalam sebuah ucapan, oleh karenanya sebagai penulis dari kuriklum pelajarancg mengucapkan selamat memepringati hari jadi yang ke-56 untuk seluruh para perwira dan bintara korps wanita TNI Angkatan Udara Indonesia semoga dengan lahirnya semangat perjuangan wanita Indonesia dalam memberikan darma bakti kepada NKRI mampu menginspirasi wanita-wanita muda jaman sekarang hingga lahirnya kartini terbaik terutama minat menjadi bagian dari TNI Angkatan Udara Wanita (Wara) Indonesia. Sekali lagi Dirgayahu WARA TNI AU Tahun 2019 12 Agustus yang ke-56.
Post a Comment for "PELAJARAN SEJARAH: PERINGATAN HARI WANITA ANGKATAN UDARA INDONESIA 12 AGUSTUS"