(KHUTBAH) HAKIKAT IDUL FITRI 1444 H / 2023 M

Teks Khutbah Jumat Jelang Idul Fitri ini ditulis Drs. H. Sulaeman, M.H.I.*
Ilustrasi Jumat pertama dalam bulan Ramadan 1444 H. (Pelajarancg.blogspot.com/Hamd Ilustrasi).


HAKIKAT IDUL FITRI 1444 H / 2023 M


اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ . اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ. الله اَكَبِيْرُا كَبِيْرًا وَالْحَمْدُلِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَنَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُوَلِلَّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْعَبْدُ ضِيَا فَةً وَكَرَامَةً لِلصَّائِمِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنَ . وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَ نَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّا دِقِ الْوَعْدِ اْلاَمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدً صَلاَةً وَسَلاَمَةً دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ الْكَرِيْمِ . مُحَمَّدِنِ الْمُصْطَفَى التَّبْعِ فِى الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ , وَعَلىَ اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ الَّذِيْنَ بِذُلُوْ أَنْفُسِهِمْ لِعِزَّةِ اْلاِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَمَّابَعْدُ . فَياَ عِبَا دَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ. اِتَّقُو االلهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَكُوْ نُوْ مِنْ زُمْرَةِ الْمُوْْمِنِيْنَ وَجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَجَاهَدَ وَافِى سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ تَفُوْزُُوْا مَعَ الْفَائِزِيْنَ. قَالَ تَعَالَى : يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوااتَّقُواللهَ حَقَّ ُتقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ .


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.


Hadirin sidang Jamaah Idul Fitri yang berbahagia


Gema takbir, tahlil dan tahmid sejak kemarin sore hingga sekarang berkumandang di seluruh pelosok tanah air, mulai dari kampung terpencil hingga ke kota, dari desa sampai ke ibu kota negara, begitu pula di seluruh penjuru dunia. Diucapkan oleh seluruh umat Islam, baik yang berkedudukan sebagai rakyat biasa, pedagang, petani, dan pengusaha, maupun sebagai karyawan, pejabat dan penguasa. Semuanya di sisi Tuhan, sama-sama sebagai hamba-Nya yang diciptakan supaya mengabdi dan beribadah kepada-Nya.


Pada hari yang bahagia dan penuh keakraban ini, marilah kita sama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. Yang telah mentakdirkan dan menentukan hari ini sebagai Hari Raya Idul Fitri, hari raya kemenangan, hari pertemuan serempak dan hari silaturrahmi massal antara sesama kita umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya guna memperbaharui semangat dan tekad kita semua di dalam meningkatkan pengabdian terhadap khaliq serta lebih mengokohkan tali persaudaraan dan persatuan, baik antara umat Islam dengan umat lain, maupun umat Islam dengan Pemerintah. Hal ini merupakan suatu yang penting bagi kita dalam menghadapi tugas-tugas hidup kita sekalian, dalam usaha meneruskan pembangunan kehidupan yang lebih baik, lebih maju dan lebih tertib di negara tercinta ini.


Allah Swt. Berfirman dalam Surat Hud ayat 61, yang berbunyi :


هُوَ اَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفَرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْا اِلَيْهِ اِنَّ رَبِّي قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ


"Dia telah menciptakan kamu dari bumi ( tanah ) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat ( rahmat-Nya ) lagi memperkenankan ( do'a hamba-Nya )".( Hud : 61 )


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.


Kita berkumpul di tempat yang terhormat ini guna merayakan hari kemenangan kita, kemenangan jihad atau berjuang serta mengendalikan hawa nafsu yang sering mengganggu dan merusak jiwa.


Memerangi hawa nafsu bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, bahkan sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Saw, merupakan tugas yang berat. Tatkala Rasulullah beserta para sahabat sekembalinya dari perang Hudain yang besar itu beliau bersabda:


رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ اْلاَصْغَرُ اِلىَ جِهَدِ اْلاَكْبَرُ


"Sekarang kita pulang dari peperangan kecil menuju peperangan yang lebih besar."


Para sahabat bertanya, "Apakah setelah ini kita akan ada peperangan yang lebih besar?"


Rasulullah menjawab, "Ya."


Para sahabat bertanya lagi, "Apakah perang yang lebih besar itu, ya Rasulullah?"


Rasulullah menjawab, جِهَادُالنَّفْسِ, "jihad memerangi hawa nafsu."


Hadirin Rahimakumullah!


Sejarah telah membuktikan bahwa jatuhnya suatu kaum atau suatu bangsa dan negara berawal pada ketidakmampuan warganya dalam mengendalikan hawa nafsu, baik rakyat maupun pemimpinnya.


Allah telah mengingatkan melalui firman-Nya dalam Al Qur'an:


وَاِذآاَرَدْنآ اَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنهَا تَدْمِيْرًا


Artinya: Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu ( supaya mentaati Allah ) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap nya perkataan ( ketentuan Kami ), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. ( Al- Isra': 16 )


Hadirin Rahimakumullah!


Umat Islam sebagai umat yang beriman telah terpanggil oleh seruan Ilahi yang Maha Agung dan maha Pencipta dalam wahyunya surat Al baqarah ayat 183:


يآاَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَاَب كُتِبَ عَلىَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa ( Al-baqarah : 183 ).


Seruan yang amat simpatik dan penuh kasih itu menyentuh kalbu setiap mukmin, menggugah kesadaran insan beriman untuk menyambut dengan penuh keyakinan serta ketaatan, bahwa apa pun perintah yang datang dari Allah pasti akan membawa kebaikan dan keberkahan.


Kita tinggalkan makan dan minum di siang hari pada bulan Ramadhan bukan karena tidak ada makanan dan minuman, melainkan karena keyakinan dan keimanan ke hadirat-Nya. Kita hidupkan malam harinya dengan qiyamul-lail, tarawih, tadarus, i'tikaf dan mendengarkan ceramah-ceramah untuk lebih mendekatkan diri serta memantapkan iman dan takwa terhadap Allah Rabbul 'alamiin sebagaimana mestinya seorang makhluk terhadap khalik. Berfitrah, berinfak dan bersedekah di akhir bulan Ramadhan guna memupuk rasa solidaritas dan kebersamaan antar sesama manusia, dan untuk meningkatkan takwa ke hadirat-Nya.


Jamaah Id rahimakumullah!


Bila kita tafakkuri dan kita telusuri dengan seksama keutamaan bulan suci ramadhan adalah merupakan pencerminan dari lima macam ajaran Islam yang telah dilaksanakan oleh umat Islam.


Marilah kita sama-sama perhatikan kelima macam ajaran ini, yaitu :


Pertama : Rukuk dan sujud adalah manifestasi dari pengakuan insan terhadap Sang Khalik, yaitu Allah Swt. Meletakkan dahi sejajar dengan kaki di atas tanah yang sehari-harinya diinjak oleh seluruh makhluk merupakan pengakuan kepada Keagungan Allah serta kekuasaan-Nya sambil menyadari atas kerendahan serta kedhoifan diri-Nya, tiada daya dan tidak punya kekuatan apa pun kecuali hanya dengan kodrat dan iradat Allah swt. ولذكرالله اكبر : sungguh mengingat Allah adalah soal yang Maha Besar.


Kedua : Berpuasa adalah pencerminan dari ajaran Islam mengenai pentingnya nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, supaya jiwanya halus, mampu merasakan nasib serta penderitaan saudaranya yang lain. وَاللهُ فِى عَوْنَ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْه Dan Allah akan tetap menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya.


Ketiga : Berjamaah dan berkumpul seperti sekarang ini adalah bukti dari nilai-nilai persatuan, baik terhadap agama maupun terhadap bangsa dan negara. Berkumpulnya kita sekarang bukan karena ikatan materil, melainkan karena ikatan Ilahiyah, yaitu karena Allah Swt. dan melaksanakan salah satu perintah-Nya, segaimana firman Allah Swt. yang berbunyi :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّلاَ تَفَرَّقُوْا Artinya : Berpeganglah kamu semuanya kepada tali ( agama ) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. (Ali 'Imran: 103)


Keempat : Kunjung mengunjungi dan saling bermaaf-maafan di antara sesama kita dimulai antara suami-istri, antara, sanak saudara, tetangga dan handai taulan adalah suatu tradisi yang baik dan seharusnya kiita pertahankan, sebagaimana firman Allah:


وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُواالصَّلوةَ وَاَمْرُهُمْ شُوْرى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنهُمْ يُنْفِقُوْنَ


Artinya. Dan ( bagi ) orang-orang yang menerima ( mematuhi ) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka ( diputuskan ) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. ( Asy Syura : 38 )


Kelima : Bersedekah, berinfak dan berzakat atau zakat fitrah adalah salah satu ajaran Islam yang mengandung nilai keadilan sosial, meratakan rezeki Allah kepada seluruh umat manusia.


اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَاِيْتآئِ ذِى الْقُرْبى وَيَنْهى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ


Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh ( kamu ) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada mu agar ingat. ( An-Nahl : 90 )


Keadilan sosial merupakan hak setiap insan bagaikan patri atau perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang menjadi syarat ketahanan nasional.


Dengan adanya keharusan untuk mengeluarkan zakat, utamanya zakat fitrah, merupakan bukti bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan segi-segi sosial. Kesosialan yang dianjurkan oleh Islam adalah dalam arti yang sebenarnya, yaitu ikut serta merasakan beban penderitaan kaum fukara dan masakin dengan memberikan bantuan sebagai uluran tangan rasa persaudaraan.


Inilah hikmah langsung dari puasa Ramadhan yang menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap fakir miskin.


Hadirin Rahimakumullah!


Kita berharap, dengan hikmah semangat yang kita peroleh dari latihan ibadah shaum tahun ini akan mempertebal keyakinan serta idealisme kita dalam perjuangan selanjutnya. Bukan hanya perjuangan fisik, melainkan perjuangan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Bukan hanya mengusir penjajah yang datang dari luar, tetapi juga penjajah yang ada dalam diri kita sendiri, yaitu berupa hawa nafsu angkara murka yang dapat mengakibatkan kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.


Shaum termasuk jihad akbar sebab pelaksanaan shaum merupakan perang menundukkan hawa nafsu. Nafsu sebagai karunia Allah yang amat berharga hanya dapat dikendalikan, kemudian diarahkan pada hal-hal yang berguna bagi orang banyak.


Membangun bangsa dan negara pun termasuk jihad akbar, sebab selain ia memerlukan keahlian dan kemampuan, juga membutuhkan ketahanan mental. Dengan kata lain pembangunan itu memerlukan otak, otot, dan moral.


Otak untuk menyusun rencana, otot dalam artian pelaksanaan, dan moral mampu mengarahkan tujuan untuk mencapai sasaran. Ketimpangan dan kurang berhasilnya suatu garapan, umumnya bukan karena kurang baiknya rencana, tetapi karena kurang kesiapan mental para pelaksanaanya.


Kaum muslimin Rahimakumullah


Dipenghujung khutbah ini, saya mengajak kepada kaum muslimin dan muslimat :
  • Marilah kita tingkatkan rasa solidaritas kita guna memupuk semangat persaudaraan dan persatuan sesama kita untuk memperbaharui tekad serta semangat pengabdian kepada Allah Swt. Bagi kepantingan manusia itu sendiri.
  • Marilah kita teruskan segala amalan-amalan yang telah kita laksanakan pada bulan Ramadhan ini, pada bulan-bulan selanjutnya ;
  • Kita siapkan mental sekuat mungkin, agar kita tetap Istiqamah dan tahan serta tabah menghadapi segala ujian dan cobaan yang menimpa kita dalam kehidupan ini.



بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


KHUTBAH II


اَللهُ أَكْبَرُ ٧x اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى اَعَادَ اْلاَعْيَادِ وَكَرَّرَ. اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ اَنْ خَلَقَ وَصَوَّرَ. اَشْهَدُ اَنْ لا اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً يَثْقُلُ بِهَا اْلمِيْزَانُ فِى اْلمَحْشَرِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ اِلىَ اْلاَسْوَدِ وَاْلأَحْمَرِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اْلفَائِزِيْنَ بِالشَّرَفِ اْلأَفْخَرِ.


أَمَّا بَعْدُ : فَياَ عِبَادَ اللهِ إِتَّقُوا اللهَ فِيْماَ أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَّرَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالىَ صَلىَّ عَلىَ نَبِيِّهِ قَدِيْمًا فَقَالَ تَعاَلىَ إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ الَّنِبىِّ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ اْلخَلْقِ صَاحِبِ اْلوَجْهِ اْلاَنْوَارِ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ كُلِّ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ, وَاَهْلَكَ اْلكَفَرَةَ وَالرَّافِضَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.


اَلَّلهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, وَفَّقَناَ اللهُ وَاِيَّاكُمْ لِكُلِّ فِعْلٍ حَمِيْدٍ وَاَعَادَ عَلَيْناَ رَبَّناَ مِنْ بَرَكاَتِ هَذَا اْليَوْمِ اْلعِيْدِ وَأَدْخَلَناَ وَاِياَّكُمُ اْلجَنَّةَ مَعَ اْلفَائِزِيْنَ الَّذِيْنَ دَعْوَاهُمْ فِيْهَا سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ عَنِ اْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَاَلمِيْنَ.


عِباَدَ اللهَ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْساَنِ وَإِيْتَاِئى ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فاَذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ ٣x لا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.


*Teks Khutbah Jumat Jelang Idul Fitri ini ditulis Drs. H. Sulaeman, M.H.I.

Sulaeman merupakan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sarolangun

Post a Comment for "(KHUTBAH) HAKIKAT IDUL FITRI 1444 H / 2023 M"