Pelajarancg: Dalam kegiatan mengekspresikan karya sastra, selain memahami isi dan bentuk, juga harus sampai pada menanggapi peristiwa dan pelaku secara emotif dan merasakan serta menemukan keindahan bahasa pengarang. Salah satu cara pengarang mengekspresikan keindahan karangannya yaitu dengan plastik bahasa. Plastik bahasa adalah kekuatan kata atau bahasa untuk membentuk gambaran di benak seseorang yang mendengar atau membaca kata-kata itu (Tjahyono, 1988). Salah satu yang membentuk pengarang dalam membentuk plastik bahasa yang kuat adalah gaya bahasa.
Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan dalam puisi penyair menyampaikan ide, perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah, dan penuh makna.
Berikut pembahasan yang dapat dipelajari terkait karya sastra Puisi khususnya adalah gaya bahasa pada soal penjelasan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di pelajarancg.blogspot.com:
Menurut seorang ahli sastra seperti HB Jassin, gaya bahasa adalah perihal memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang mau disampaikan. Sedangkan menurut Nata Wijaya (1986:73), gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati (pembaca dan pendengar).
Berikut penjelasan kurikulum mata pelajaran (mapel) bahasa Indonesia di pelajarancg.blogspot.com:
Adapun macam-macam gaya bahasa perbandingan yang dimaksud itu, diantaranya yaitu:
Adapun macam-macam gaya bahasa penegasan ini dibagi menjadi, yaitu:
Gaya bahasa penegasan ini dibagi menjadi :
Adapun macam-macam gaya bahasa sindiran dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Ragam gaya bahasa pertentangan yaitu:
Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. gaya bahasa itu untuk menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca. Setiap pengarang biasanya mempunyai gaya bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa yang bermacam-macam untuk mengungkapkan pikiran dan pembacanya.
Gaya bahasa sebenarnya merupakan bagian dari diksi atau pilihan kata. Karena yang dibicarakan disini puisi maka diksi atau pilihan kata tersebut dilihat penggunaannya dalam sebuah puisi. Yang dipersoalkan adalah tepat tidaknya pemakaian kata, frase, dan kalimat untuk menggambarkan situasi tertentu dan maksud tertentu.
Pelajari: UNSUR-UNSUR DALAM KARYA SASTRA
Dalam Keraf (1987), menungkapkan bahwa untuk memahami, mempelelajari dan menggunakan gaya bahasa yang baik, anda perlu mengetahui unsur-unsur yang perlu ada di dalamnya. Gaya bahasa yang baik harus mangandung tiga unsur yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik.
Berikut penjelasan kurikulum mata pelajaran (mapel) bahasa Indonesia terkait unsur-unsurnya di pelajarancg.blogspot.com:
Dilihat dari segi bahasa, ada beberapa jenis gaya bahasa. Keraf (1987) mengatakan, ada gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, yaitu gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Ada gaya bahasa yang berdasarkan nada, yaitu gaya sederhana, gaya mulia, dan bertenaga, serta gaya penengah.
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna itu apakah acuan yang di pakai masih mempertahankan makna dasar, makna bahasa masih bersifat polos. Gaya bahasa di kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu gaya bahasa retoris. Yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan.
Pelajari: PERBEDAAN ANTARA PROSA DENGAN PUISI
Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan dalam puisi penyair menyampaikan ide, perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah, dan penuh makna.
Berikut pembahasan yang dapat dipelajari terkait karya sastra Puisi khususnya adalah gaya bahasa pada soal penjelasan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di pelajarancg.blogspot.com:
Pelajari Apa pengertian gaya bahasa?
Gaya bahasa di pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Dalam Moelino (1989), Gaya bahasa adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita harus memahami gaya bahasa tersebut.Menurut seorang ahli sastra seperti HB Jassin, gaya bahasa adalah perihal memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang mau disampaikan. Sedangkan menurut Nata Wijaya (1986:73), gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati (pembaca dan pendengar).
Pelajari Apa jenis-jenis gaya bahasa?
Secara garis besar, gaya bahasa yang dipelajari dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:- Gaya bahasa perbandingan;
- Gaya bahasa penegasan;
- Gaya bahasa sindiran; dan
- Gaya bahasa pertentangan.
Berikut penjelasan kurikulum mata pelajaran (mapel) bahasa Indonesia di pelajarancg.blogspot.com:
1. Gaya bahasa perbandingan
Sesuai dengan namanya gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang berusaha membuat ungkapan dengan cara memperbandingkan suatu hal atau keadaan dengan hal atau keadaan yang lain.Adapun macam-macam gaya bahasa perbandingan yang dimaksud itu, diantaranya yaitu:
- Gaya bahasa personifikasi. Personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda-benda tak bernyawa mempunyai kegiatan, maksud dan nafsu seperti yang dimiliki manusia. Contoh di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com: “anak panah melangkah mencari mangsa”
- Gaya bahasa metafora. Metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan secara langsung sesuatu hal atau keadaan dengan hal atau keadaan lain yang memiliki sifat, keadaan, atau perbuatan yang sama. Contoh : “dewi malam mulai memancarkan sinarnya”
- Gaya bahasa asosiasi. Asosiasi adalah perbandingan terhadap suatu benda yang sudah disebutkan sehingga menimbulkan asosiasi atau tanggapan dengan benda yang diperbandingkan itu, biasanya dinyatakan dengan kata bagai, seperti, laksana, bak, dan sebagainya. Contoh : “hidupnya seperti biduk kehilangan kemudi”
- Gaya bahasa metonimia. Metonimia adalah gaya bahasa yang menyamakan sepatah kata atau nama yang memiliki hubungan dengan suatu benda lain yang merupakan merek perusahaan atau perdagangan. Atau menyatakan sesuatu langsung menyebut namanya. Contoh : “kami ke rumah nenek naik kijang”
- Gaya bahasa simbolik. Simbolik adalah gaya bahasa yang menyamakan sepatah kata dengan kata atau nama benda lain. Contoh : “orang-orang merebutkan kursi kepala desa yang kosong (jabatan)”
- Gaya bahasa tropen. Tropen adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksud. Contoh : “tadi pagi temanku sudah terbang ke Sumatera”
- Gaya bahasa litotes. Litotes adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang berlawanan arti atau mengurangi kenyataan untuk merendahkan diri sebagai gaya pelembut untuk mempersopan yang kena pada dirinya sendiri. Contoh : “singgahlah ke gubuk kami! (padahal rumahnya seperti istana)”
- Gaya bahasa eufemisme. Eufemisme adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata lain dari pengertian sebenarnya dengan maksud agar terdengar lebih sopan, agar jangan sampai melukai orang tersebut. Contoh : “ maaf, saya mau kebelakang. (wc)”
- Gaya bahasa hiperbola. Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu hal atau keadaan secara berlebihan menggunakan kata-kata yang mengandung makna lebih hebat dari arti atau rasa yang sebenarnya. Contoh : “larinya secepat kilat”
- Gaya bahasa sinekdose. Gaya bahasa ini dibedakan menjadi dua macam:
- Pars pro toto, yaitu gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan atau sebagian, namun yang dimaksud untuk keseluruhan. Contoh di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com: “kalau ke pasar belilah tiga ekor ayam”
- Totem pro parte, yaitu gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian, namun yang dimaksud untuk keseluruhan. Contoh : “desa itu diserang wabah flu burung”
- Gaya bahasa alusio. Alusio adalah gaya bahasa yang memakai ungkapan, kiasan atau peribahasa yang sudah lazim dipakai orang. Contoh : “ hidupnya seperti telur di ujung tanduk”
- Gaya bahasa antonomasia. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama orang dengan sebutan lain sesuai dengan ciri fisik dirinya atau watak orang tersebut, atau menyatakan sesuatu dengan menggunakan kata majemuk posesif. Contoh : “apa si gendut sudah makan?”
- Gaya bahasa periphrasis. Periphrasis adalah gaya bahasa yang dipakai dalam rangkaian tuturan secara keseluruhan.Contoh : “si jago merah telah pergi, tinggal asap menyapu reruntuhan di pasar minggu”
2. Gaya bahasa penegasan
Gaya bahasa penegasan adalah gaya bahasa yang berusaha menekankan pengertian suatu kata atau ungkapan.Adapun macam-macam gaya bahasa penegasan ini dibagi menjadi, yaitu:
Gaya bahasa penegasan ini dibagi menjadi :
- Gaya bahasa pleonasme. Pleonasme adalah gaya bahasa yang menjelaskan sebuah kata yang sebenarnya tidak perlu dijelaskan lagi karena sudah jelas pengertiannya. Contoh di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com: “mereka mundur ke belakang”
- Gaya bahasa paralelisme. Paralelisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perulangan kata atau kelompok kata di depan atau di belakang. Contoh : “ ia cantik, cerdas, penuh pengertian dan memiliki segalanya yang diperlukan oleh seorang lelaki”
- Gaya bahasa repetisi. Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelompok kata beberapa kali dalam kalimat yang berbeda. Contoh : “bukan harta, bukan pangkat, bukan kecantikan, melainkan budi bahasalah yang menarik perhatian itu”
- Gaya bahasa tautologi. Tautology adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau sekelompok kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Contoh : “disuruhnya aku bersabar, bersabar dan terus bersabar”
- Gaya bahasa klimaks. Klimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut makin lama makin hebat atau makin memuncak. Contoh : “ rakyat di kampung, di desa, di kota mengibarkan sang saka”
- Gaya bahasa antiklimaks. Antikllimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin melemah artinya. Contoh : “jangankan berdiri, duduk, bergerak pun aku tak bisa”
- Gaya bahasa asindenton. Asindenton adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perincian tanpa kata sambung, atau menyatakan beberapa hal berturut-turut tanpa memakai kata-kata penghubung. Contoh : “coba ambilkan bantal, selimut, untuk tamu kita”
- Gaya bahasa polisindenton. Polisindenton adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan memakai kata penghubung atau kata sambung yang sama. Contoh : “setelah makan dan berpakaian dan menghisap rokok sebatang barulah ia pergi.
- Gaya bahasa enumerasi. Enumerasi adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyebutkan beberapa peristiwa yang membentuk kesatuan, dilukiskan bagian demi bagian supaya jelas. Contoh : “kau tak tau siapa aku yang sebenarnya. Saya seorang yang hina, yang diusir keluarga, yang tidak mempunyai alamat pasti”
- Gaya bahasa interupsi. Interupsi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat sisipan di antara kalimat pokok, dengan maksud menjelaskan sesuatu dalam kalimat tersebut. Contoh : “ia -suami yang dicintainya -gugur dalam pertempuran”
- Gaya bahasa retoris. Retoris adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Contoh : “mana mungkin orang mati hidup kembali”
- Gaya bahasa koreksio. Koreksio adalah gaya bahasa yang berisi pembentukan apa yang diucapkan yang salah sebelumnya, baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh : “dia sakit ingatan, eh maaf, dia sakit demam”
- Gaya bahasa eksklamasio. Eksklamasio adalah gaya bahasa yang memakai kata-kata seru tiruan bunyi untuk menegaskan maksud. Contoh : “aduhai, indahnya pemandangan ini”
- Gaya bahasa elipsi. Elipsi adalah gaya bahasa yang menghilangkan satu unsur atau beberapa kalimat, mungkin subyek, predikat, atau keterangan. Jadi gaya bahasa inni mempergunakan bentuk kalimat elips supaya penegasan jatuh pada kata-kata sisa yang disebutkan. Contoh ; “rasain bekas tanganku! Mencuri lagi?”
3. Gaya bahasa sindiran
Gaya bahasa sindiran adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyindir orang lain, dari sindiran halus sampai pada sindiran kasar sebagai ungkapan perasaan tak senang atau marah.Adapun macam-macam gaya bahasa sindiran dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
- Gaya bahasa ironi. Ironi adalah gaya bahasa yang memakai kata-kata yang berlawanan dengan maksud sebenarnya. Contoh : “cepat benar kau pulang, masih jam dua malam”
- Gaya bahasa sinisme. Sinisme adalah gaya bahasa yang mirip dengan ironi, tetapi kata-kata yang dipergunakan agak kasar. Contoh : “mual perutku melihat tampangmu”
- Gaya bahasa sarkasme. Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang paling kasar. Contoh : “bangsat, berani benar kau menantangku!”
4. Gaya bahasa pertentangan
Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang diungkapkan dengan jalan mempertentangkan suatu hal atau keadaan.Ragam gaya bahasa pertentangan yaitu:
- Gaya bahasa paradoks. Paradox adalah gaya bahasa yang terlihat seolah-olah ada pertentangan. Contoh : “di malam yang ramai ini, dia merasa kesepian”
- Gaya bahasa kontradiksi in terminis. Kontradiksi in terminis adalah gaya bahasa yang berisi ungkapan yang bertentangan dengan apa yang disebutkan sebelumnya. Contoh : “tahun ini semua anak naik kelas, kecuali Kurikulum”
- Gaya bahasa antitesis. Antitesis adalah gaya bahasa pertentangan yang mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti. Contoh : “tua-muda, besar-kecil, lelaki-perempuan, berkumpul di tanah lapang ini”
Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. gaya bahasa itu untuk menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca. Setiap pengarang biasanya mempunyai gaya bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa yang bermacam-macam untuk mengungkapkan pikiran dan pembacanya.
Gaya bahasa sebenarnya merupakan bagian dari diksi atau pilihan kata. Karena yang dibicarakan disini puisi maka diksi atau pilihan kata tersebut dilihat penggunaannya dalam sebuah puisi. Yang dipersoalkan adalah tepat tidaknya pemakaian kata, frase, dan kalimat untuk menggambarkan situasi tertentu dan maksud tertentu.
Pelajari: UNSUR-UNSUR DALAM KARYA SASTRA
Dalam Keraf (1987), menungkapkan bahwa untuk memahami, mempelelajari dan menggunakan gaya bahasa yang baik, anda perlu mengetahui unsur-unsur yang perlu ada di dalamnya. Gaya bahasa yang baik harus mangandung tiga unsur yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik.
Berikut penjelasan kurikulum mata pelajaran (mapel) bahasa Indonesia terkait unsur-unsurnya di pelajarancg.blogspot.com:
1. Kejujuran
Dalam menggunakan gaya bahasa, anda dituntut untuk berlaku jujur terhadapnya. Kejujuran dalam bahasa berarti anda harus mengikuti aturan-aturan, kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Dalam mengungkapkan pikiran, anda perlu menggunakan kalimat yang panjang dan berbelit-belit yang menyulitkan pembaca untuk memahaminya, penggunaan kata-kata yang kurang tepat dan tidak terarah serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang ketidak jujuran.2. Sopan-santun
Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak berbicara, khususnya pendengar atau pembaca.3. Menarik
Dalam penggunaan gaya bahasa, syarat kejujuran, kejelasan, dan kesingkatan baru merupakan langkah awal, syarat lainya yang harus dipenuhi adalah penggunaan gaya bahasa tersebut menarik.Dilihat dari segi bahasa, ada beberapa jenis gaya bahasa. Keraf (1987) mengatakan, ada gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, yaitu gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Ada gaya bahasa yang berdasarkan nada, yaitu gaya sederhana, gaya mulia, dan bertenaga, serta gaya penengah.
Pelajari Apa gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat?
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan sebagai dasar untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat yang dimaksud adalah di mana letak sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Dari hal tersebut kita mengenal ada kalimat yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang (keraf,1987). Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat tersebut di atas, maka dapat diperoleh gaya bahasa, diantaranya ialah: klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi.Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna itu apakah acuan yang di pakai masih mempertahankan makna dasar, makna bahasa masih bersifat polos. Gaya bahasa di kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu gaya bahasa retoris. Yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan.
Pelajari: PERBEDAAN ANTARA PROSA DENGAN PUISI
Pelajari Apa faktor kebahasan dalam puisi?
Bahasa puisi bersifat khas, berbeda dengan bahasa prosa. Dalam puisi, penyair kadang menggunakan bahasa yang lain dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Untuk mendapatkan irama yang liris dan membuat kepadatan, kesegaran serta ekspresitas yang lain, penyair bisa banyak membuat penyimpangan dari tata bahasa normatif dalam puisi-puisinya. Berikut ini contoh-contoh faktor kebahasaan dalam puisi khususnya adalah gaya bahasa pada soal penjelasan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di Kurikulum pelajarancg.blogspot.com:- Penyingkatan atau pemendekan kata. Dalam puisi modern sering kita jumpai kata-kata yang dipendekkan.
- Penghilangan imbuhan. Imbuhan yang biasanya dihilangkan oleh penyair untuk mendapatkan efek puitisnya yaitu awalan,akhiran,ataupun awalan dan akhiran.
- Penghapusan tanda baca. Penyair juga sering menghapuskan tanda baca dalam puisi-puisi yang ditulisnya.
- Pemutusan kata. sering menjumpai puisi yang di dalamnya terdapat kata-kata yang diputus. Penyair yang terkenal dengan pemutusan kata-kata dalam puisinya adalah Sutardji Calzoum Bachri.
- Penggabungan atau perangkaian dua kata atau lebih. Efek yang ditimbulkan dengan penggabungan kata-kata tersebut adalah adanya kesan melebihi-lebihkan.
- Penyimpanan struktur sintaksis. Sahabat Kurikulum pelajarancg pasti juga sering menjumpai penyimpangan-penyimpangan dari struktur sintaksis yang normatif. Hal ini dilakukan oleh penyair untuk mendapatkan irama yang liris, kepadatan, dan ekspresivitas.
Post a Comment for "APA YANG DIMAKSUD DENGAN GAYA BAHASA DALAM PUISI ITU?"