Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Toleransi Melalui Momen Hari Raya? (Panduan Pelajar 2025)

Ilustrasi sekolah mengajarkan toleransi melalui perayaan Hari Raya

Momen Hari Raya bukan hanya waktu libur atau perayaan keluarga. Di lingkungan sekolah, hari raya merupakan kesempatan emas untuk memperkuat toleransi, empati, pemahaman lintas budaya, dan nilai kebinekaan. Melalui kegiatan yang tepat, sekolah dapat menjadikan perayaan keagamaan sebagai sarana pendidikan karakter bagi para pelajar.

Mengapa Hari Raya Penting untuk Pembelajaran Toleransi?

Toleransi tidak dapat dibangun melalui ceramah semata. Ia tumbuh dari pengalaman langsung, interaksi sosial, dan kegiatan bermakna. Hari Raya menyediakan konteks yang ideal karena:

  • Ada perbedaan tradisi yang bisa dipelajari bersama.
  • Pelajar dapat mengamati praktik keagamaan teman secara positif.
  • Lingkungan sekolah bisa mengelola kegiatan lintas budaya yang aman bagi semua.

Hal ini sejalan dengan pedoman Kementerian Agama RI tentang moderasi beragama serta arahan Kurikulum Merdeka (Kemendikbudristek) yang menekankan profil pelajar Pancasila.

1. Integrasi ke dalam P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)

Momen Hari Raya dapat dijadikan bagian dari P5 dengan tema:

  • Bhineka Tunggal Ika – memahami keragaman agama dan budaya.
  • Kearifan Lokal – mempelajari tradisi daerah terkait hari raya.
  • Bangun Jiwa Raga – kegiatan sosial seperti berbagi makanan atau bakti sosial.

Guru dapat menggunakan modul P5 resmi Kemendikbudristek sebagai acuan perencanaan projek.

2. Kegiatan Kelas Berbasis Diskusi & Sharing

Beberapa aktivitas yang aman dan edukatif:

  • Showcase tradisi: pelajar menjelaskan sejarah, makna, atau budaya hari raya agamanya tanpa membahas doktrin.
  • Gallery walk: poster hari raya dari berbagai agama.
  • Storytelling: cerita nilai moral dari perayaan hari raya.

Metode ini merujuk pada konsep pembelajaran dialogis (Freire) dan model cooperative learning (Slavin) yang umum digunakan dalam pendidikan multikultural.

3. Kolaborasi Lintas Mapel

  • IPS: sejarah hari raya di Indonesia.
  • PPKn: hubungan hari raya dengan hak warga negara & kebijakan libur nasional.
  • Seni Budaya: membuat karya visual bertema kebinekaan.
  • Bahasa Indonesia: membuat teks deskriptif tentang perayaan hari raya.

4. Menciptakan Lingkungan Sekolah yang Inklusif

Beberapa pedoman dari Kementerian Agama Republik Indonesia menyarankan sekolah:

  • menghormati waktu ibadah siswa,
  • tidak memaksa siswa mengikuti perayaan agamanya,
  • mendorong sikap saling menghormati antar pelajar.

Langkah-langkah konkret:

  • Papan informasi "Hari Raya Minggu Ini" berisi sejarah singkat masing-masing perayaan.
  • Poster nilai toleransi di ruang kelas.
  • Sesi refleksi kelas setelah libur hari raya.

5. Program Sekolah yang Dapat Dilaksanakan

a. Minggu Toleransi

Kegiatan seminggu penuh berisi diskusi, pameran, dan kegiatan lintas budaya.

b. Sudut Kebinekaan di Perpustakaan

Koleksi buku mengenai keragaman budaya dan agama di Indonesia sesuai daftar pustaka akademik.

c. Aksi Berbagi

Kegiatan berbagi makanan hari raya atau sembako sebagai bentuk pendidikan sosial.

6. Peran Guru, OSIS, dan Komite Sekolah

  • Guru: memfasilitasi diskusi aman & moderat.
  • OSIS: membuat dokumentasi kegiatan dan pameran mini.
  • Komite Sekolah: mendukung anggaran kegiatan toleransi.

Kesimpulan

Momen Hari Raya dapat menjadi sarana pendidikan karakter yang kuat untuk menanamkan nilai toleransi pada pelajar. Dengan perencanaan yang tepat sesuai Kurikulum Merdeka, sekolah dapat membantu siswa memahami perbedaan secara positif dan membangun budaya damai di lingkungan pendidikan.


Terus berinovasi. Terus berbagi. Artikel ini pertama kali diterbitkan di https://pelajarancg.blogspot.com sebagai bagian dari Blog Kurikulum Pelajaran.

Post a Comment for "Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Toleransi Melalui Momen Hari Raya? (Panduan Pelajar 2025)"