Teori-Teori Wawancara: Kerangka Teoritis untuk Penelitian Sosial & Komunikasi

Teori wawancara penelitian sosial dan komunikasi
Ilustrasi wawancara penelitian: interaksi pewawancara dan narasumber

Apa yang Dimaksud dengan 'Teori Wawancara'?

Di ranah penelitian sosial dan ilmu komunikasi, teori wawancara adalah himpunan konsep dan asumsi yang menjelaskan bagaimana wawancara menghasilkan data, apa batasan validitasnya, dan bagaimana pewawancara serta konteks memengaruhi proses. Teori-teori ini membantu peneliti memilih desain (terstruktur, semi-terstruktur, tak terstruktur), teknik pertanyaan, dan strategi analisis.

1. Perspektif Positivis / Kuantitatif

Dalam tradisi positivis, wawancara dipandang sebagai alat untuk mengumpulkan data terukur dan dapat dibandingkan. Wawancara terstruktur (kuesioner tatap muka) dipilih ketika tujuan penelitian adalah pengukuran variabel, uji hipotesis, atau generalisasi statistik.

Implikasi Metodologis

  • Desain pertanyaan: redaksi seragam, pilihan jawaban jelas (skala, pilihan ganda).
  • Reliabilitas & replikasi: penting — instrumen harus konsisten antar pewawancara.
  • Analisis: kuantitatif (frekuensi, korelasi, regresi).

2. Perspektif Interpretif / Kualitatif

Tradisi interpretif menekankan makna, pengalaman, dan konteks. Wawancara tak terstruktur atau semi-terstruktur dipilih untuk menggali narasi, makna subjektif, dan proses pembentukan makna.

Teori yang Relevan

  • Fenomenologi: menaruh fokus pada pengalaman hidup narasumber.
  • Hermeneutika: menafsirkan teks wawancara sebagai makna yang berlapis.

Implikasi Metodologis

  • Pewawancara berperan aktif—membangun rapport, menyesuaikan pertanyaan.
  • Analisis: coding tematik, naratif, grounded theory.
  • Keabsahan: triangulasi, member checking, audit trail.

3. Perspektif Interaksionis dan Wawancara sebagai Percakapan

Pendekatan ini (mis. penelitian percakapan, conversation analysis) melihat wawancara sebagai interaksi sosial — urutan bicara, jeda, pengalih topik, dan strategi tindak tutur memengaruhi data.

Fokus Utama

  • Struktur interaksi (turn taking), jelajah topik, repair (koreksi), dan penggunaan bahasa nonverbal.
  • Implikasi: pewawancara memperhatikan bagaimana pertanyaan direspon, bukan hanya isi jawaban.

4. Teori Kognitif Wawancara

Teori kognitif (sering digunakan pada wawancara ingatan atau saksi) menekankan proses pemanggilan memori: cueing, context reinstatement, dan urutan pertanyaan yang meminimalkan false memories.

Strategi Praktis

  • Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengurangi sugestibilitas.
  • Rekonstuksi konteks: mintalah narasumber menggambarkan suasana untuk membantu memori.

5. Perspektif Etika dan Kekuasaan

Teori kritis dan post-kolonial menyoroti relasi kuasa antara pewawancara dan narasumber, dinamika representasi, serta isu eksploitasi data. Etika wawancara bukan sekadar izin tertulis—tetapi menghormati konteks budaya, privasi, dan dampak publikasi.

Prinsip Etika Praktis

  • Informed consent yang jelas (tujuan, penggunaan data, hak narasumber).
  • Kerahasiaan & anonimisasi bila diperlukan.
  • Berhati-hati pada publikasi yang dapat merugikan partisipan.

6. Teori Sosial-Psikologis (mis. Social Exchange, Impression Management)

Teori ini membantu menjelaskan mengapa narasumber menyajikan diri dengan cara tertentu: untuk menjaga citra, memperoleh keuntungan, atau menghindari stigma. Pewawancara perlu menyadari bias presenter (presentasi diri) dan social desirability bias.

Implikasi Praktis untuk Peneliti

Memilih teori bukan sekadar akademik—ia berdampak langsung pada desain penelitian. Beberapa pedoman praktis:

  • Pilih desain sesuai tujuan: generalisasi → terstruktur; pemahaman mendalam → tak terstruktur/semi.
  • Rancang instrumen sesuai teori: pertanyaan kognitif berbeda untuk studi ingatan dibanding studi pengalaman.
  • Perhatikan posisi pewawancara: reflexivity—catat asumsi dan pengaruh Anda terhadap data.
  • Jaga kualitas data: training pewawancara, pra-uji instrumen, transkripsi verbatim yang akurat.

Isu Validitas & Reliabilitas dalam Wawancara

Dalam wawancara, validitas menyangkut apakah data benar-benar merepresentasikan apa yang ingin diukur; reliabilitas menyangkut konsistensi. Untuk wawancara kualitatif, istilah yang lebih cocok adalah trustworthiness—terdiri dari credibility, transferability, dependability, dan confirmability.

Teknik Pengumpulan & Analisis Data

Beberapa teknik penting:

  • Transkripsi verbatim sebagai dasar analisis kualitatif.
  • Triangulasi (wawancara, observasi, dokumen) untuk memperkuat temuan.
  • Coding & memoing untuk membangun kategori dan teori (grounded approach).
  • Penggunaan perangkat lunak (contoh: NVivo, Atlas.ti) untuk manajemen data besar—opsional tetapi membantu.

Penerapan & Contoh Kasus

Contoh penerapan singkat untuk penelitian sosial dan kelas:

Contoh 1 — Studi Kualitatif: Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Daring

Desain: wawancara semi-terstruktur dengan 15 siswa. Teori rujukan: interpretivisme & teori pengalaman belajar. Analisis: thematic coding, triangulasi dengan dokumen (log pembelajaran).

Contoh 2 — Survei Wawancara Terstruktur: Kepuasan Layanan Sekolah

Desain: wawancara terstruktur pada 300 responden orangtua. Teori rujukan: positivis. Analisis: statistik deskriptif dan uji perbandingan.

Tips untuk Pewawancara (Praktis & Etis)

  1. Bangun rapport singkat tetapi profesional sebelum memulai.
  2. Gunakan pertanyaan terbuka terlebih dahulu, kemudian gali dengan follow-up.
  3. Hindari sugesti; gunakan bahasa netral.
  4. Catat nonverbal penting (nada, jeda, ekspresi) saat relevan.
  5. Lakukan member checking bila memungkinkan (konfirmasi temuan dengan narasumber).

Integrasi ke Pembelajaran Kelas (SMA / Kelas 10)

Untuk tujuan pengajaran: ajak siswa memahami beberapa teori (kognitif, interpretif, interaksionis) dan praktikkan mini-research: kelompok membuat instrumen wawancara, melakukan 2 wawancara (terstruktur & semi), lalu bandingkan hasil dan refleksi teoretis.

Kesimpulan

Teori-teori wawancara menyediakan lensa untuk merancang, melaksanakan, dan menafsirkan wawancara dalam penelitian sosial dan komunikasi. Mengetahui perbedaan asumsi teoretis membantu peneliti memilih metode yang tepat, menjaga integritas data, dan menghasilkan analisis yang sahih.

Kerangka teori memandu peneliti memahami wawancara. Untuk praktik, lihat panduan jenis dan teknik wawancara. Agar pertanyaan efektif, baca juga menyusun instrumen wawancara penelitian. Jangan lupakan prinsip etika, cek prinsip etika wawancara.

Terus berinovasi. Terus berbagi. Artikel ini pertama kali diterbitkan di https://pelajarancg.blogspot.com sebagai bagian dari Blog Kurikulum Pelajaran.

Referensi Pilihan

  • Kvale, S., & Brinkmann, S. (2009). InterViews: Learning the Craft of Qualitative Research Interviewing.
  • Patton, M. Q. (2015). Qualitative Research & Evaluation Methods.
  • Rubin, H. J., & Rubin, I. S. (2012). Qualitative Interviewing: The Art of Hearing Data.
  • Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (eds.). (2018). The SAGE Handbook of Qualitative Research.
  • Frey, J. H., & Fontana, A. (1991). The interview: From structured questions to negotiated text. Handbook of Qualitative Research.

Post a Comment for "Teori-Teori Wawancara: Kerangka Teoritis untuk Penelitian Sosial & Komunikasi"