SEJARAH DAN UCAPAN HARI RAYA NYEPI

Selamat Hari Raya Nyepi, Sobat Pelajarancg!


Contoh penggunaan Kalender Bali pada penggunaan Kalender Saka (Ilustrasi/kalender)


Hari Raya Nyepi atau Nyepi merupakan hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka, menurut kalender yang digunakan oleh umat Hindu di Bali dan Lombok.


Setiap tahunnya, hari raya tersebut dirayakan pada tanggal yang berbeda karena dihitung berdasarkan penanggalan kalender saka yang dimulai pada tahun 78 masehi. Adapun pada tahun ini, Nyepi 1945 akan jatuh pada Rabu, 22 Maret 2023.


Makna dari perayaan Tahun Baru Saka, menurut kalender yang digunakan oleh umat Hindu di Bali dan Lombok adalah meninggalkan aktivitas duniawi dalam keheningan dengan cara bermeditasi.


PELAKSANAAN DAN MAKNA HARI RAYA NYEPI
Ilustrasi suasana Nyepi (Ilustrasi/Gambar)

Sejarah Hari Raya Nyepi

Hari Nyepi merupakan hari untuk memperingati memperingati Tahun Baru Saka.


Pergantian tahun ini terjadi pada hitungan Tilem Kesanga (IX) sebagai kalender tahunan yang digunakan oleh umat Hindu di Bali dan Lombok.


Bagi masyarakat di Pulau Bali, penggunaan Kalender Saka menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari. Hal ini karena Kalender Saka Bali berfungsi sebagai pedoman waktu pada berbagai aktivitas baik sekala (dunia nyata) dan niskala (upacara agama).


Upacara keagamaan yang berdasarkan kalender saka seperti Hari Raya Nyepi dan Siwaratri digelar setahun sekali.


Seperti diketahui agama Hindu yang berkembang di Bali berasal dari anak benua India, sebuah agama tertua di dunia dan masih bertahan sampai saat ini.


Ajaran agama Hindu sendiri berasal dari weda baik itu yang ada di India maupun di Indonesia terutama di pulau Dewata Bali, namun demikian tata cara pelaksanaan ajaran weda tersebut berbeda.


Tata cara berbeda tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti karena sosial budaya dan juga alam lingkungan, termasuk hari-hari besar keagamaan, hari raya agama Hindu di Bali akan berbeda dengan di India, walaupun ada beberapa kesamaan.


Hari-hari sucinya berdasarkan adanya hari purnama (bulan penuh) dan tilem (bulan mati), dan banyak pura menentukan hari piodalan atau pujawali pura dengan acuan kalender Saka ini, yakni hari-hari yang dianggap suci seperti Purnama Kapat, Purnama Kedasa ataupun Tilem Kepitu.


Sedangkan hari raya Hindu berdasarkan kalender Bali diantaranya; Hari Raya Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Saraswati dan Banyu Pinaruh perayaannya setiap 6 bulan sekali.


Sejarah Kalender Saka

Kalender Saka adalah sebuah kalender yang sejarahnya berasal dari India. Kalender ini merupakan sebuah penanggalan syamsiyah qomariyah (candra surya) atau kalender luni-solar. Berhubung bulan-bulan dalam kalender Saka hanya terdiri dari 30 hari, maka tahun baru harus disesuaikan setiap tahunnya untuk mengiringi daur perputaran matahari.


Penggunaan kalender Saka tidak hanya digunakan oleh masyarakat Hindu India saja, namun juga digunakan oleh masyarakat Indonesia, dalam hal ini khususnya pulau Bali dan beberapa daerah di pulau Jawa, seperti di Tengger yang masyarakatnya masih banyak penganut agama Hindu, terutama ketika menentukan hari-hari besar keagamaan mereka. Meskipun kalender Saka juga digunakan di Bali, kalender Saka yang digunakan di Bali juga tidak terlepas dari unsur-unsur lokal. Kalender Saka di India


Berkembang pesatnya tahun Saka di India kala itu, hal itu menjadi tonggak sejarah yang menutup permusuhan antar suku bangsa di India. Awal mula sebelum terciptanya tahun Saka, di India terjadi permusuhan berkepanjangan. Dimana suku-suku yang dimaksud adalah: Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa, dan Saka. Pada masa itu, suku-suku tersebut silih berganti menundukkan suku-suku yang lain. Setelah lamanya terjadi perselisihan antara suku tersebut, suku Saka berada di fase dimana mereka benar-benar bosan dengan keadaan permusuhan itu. Hal itu menyebabkan arah perjuangan kemudian beralih dari perjuangan politik dan militer untuk memperebutkan kekuasaan menjadi perjuangan kebudayaan dan kesejahteraan. Karena perjuangan tersebut cukup berhasil, maka suku Saka beserta kebudayaannya benar-benar berbaur terhadap masyarakat.


Pada tahun 125 SM tonggak kekuasaan di India dipegang oleh dinasti Kushana dari suku Yuehchi. Dinasti Kushana tampaknya terketuk oleh perubahan arah perjuangan yang dilakukan suku Saka. Maka pada saat itu, kekuasaan yang dipegang oleh dinasti Kushana bukan lagi dipergunakan untuk menghancurkan suku lainnya, justru kekuasaan itu dipergunakan untuk merangkul suku-suku bangsa yang ada di India.

Pelajari juga : RINGKASAN PELAJARAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

Di tahun 79 Masehi, pada masa kekuasaan Raja Kaniska I dari dinasti Kushana dan suku bangsa Yuechi mengangkat sistem kalender Saka menjadi kalender kerajaan. Saat itu juga, kehidupan dalam bernegara, bermasyarakat, dan beragama di India ditata ulang. Oleh karena itu, peringatan tahun Saka menjadi simbol sebagai hari kebangkitan, pembaharuan, persatuan/kesatuan, hari toleransi, kedamain, dan kerukunan nasional. Akibat nilai-nilai positif yang tertanam pada hal tersebut, kalender Saka juga berkembang mengikuti penyebaran agama Hindu.


Tahun Saka dibagi menjadi dua belas bulan, yaitu:
  1. Srawasanamasa: bulan Juli – Agustus (pada bulan Bali/Jawa : Kasa)
  2. Bhadrawadamasa: bulan Agustus – September (pada bulan Bali/Jawa: Karo)
  3. Asujimasa: bulan September – Oktober (Pada bulan Bali/Jawa: Katiga)
  4. Kartikamasa: bulan Oktober – November (pada bulan Bali/Jawa: Kapat)
  5. Margasiramasa: bulan November – Desember (pada bulan Bali/Jawa: Kalima)
  6. Posyamasa: bulan Desember – Januari (pada bulan Bali/Jawa: Kanem)
  7. Maghamasa: bulan Januari – Februari (pada bulan Bali/Jawa: Kapitu)
  8. Phalgunamasa: bulan Februari – Maret (pada bulan Bali/Jawa: Kawolu)
  9. Cetramasa: bulan Maret – April (pada bulan Bali/Jawa: Kasanga)
  10. Wesakhamasa: bulan April – Mei (pada bulan Bali/Jawa: Kadasa)
  11. Jyesthamasa: bulan Mei – Juni (pada bulan Bali/Jawa: Desta/Dhesta)
  12. Asadhamasa: bulan Juni – Juli (pada bulan Bali/Jawa: Sadha)



Kalender Saka di Jawa

Dilansir pelajarancg.blogspot.com dari beberapa sumber, Sejarah berkembangnya kalender Saka di pulau Jawa terjadi pada abad ke-4 Masehi dimana agama Hindu juga berkembang pada saat itu. Dibawa oleh seorang pendeta bangsa yang bergelar Aji Saka dari Kshatrapa, Gujarat, India yang mendarat di kabupaten Rembang, Jawa Tengah di tahun 456 Masehi.


Kalender Saka benar-benar eksis ketika dimasa zaman Majapahit, pada kala itu kalender Saka digunakan sebagai kalender kerajaan. Oleh karenanya, dimasa itu, di setiap bulan Caitra atau Maret, Tahun Saka diperingati dengan Upacara keagamaan. Di alun-alun Majapahit, berkumpulah seluruh kepala desa, prajurit, pendeta Siwa, Budha, dan Sri Baginda Raja untuk membahas peningkatan moral masyarakat.


Kalender Saka digunakan di pulau Jawa hingga abad ke-17, sampai pada akhirnya kalender Saka dihapus dari pulau Jawa oleh Sultan Agung Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami (1613 – 1645) dari Mataram, lalu menggantinya dengan kalender Jawa yang mengikuti kalender Hijriyah.


Kalender Saka di Bali

Dilansir pelajarancg.blogspot.com dari beberapa sumber, kalender Bali berkembang dan tersebar sampai di Indonesia, dalam hal ini khususnya ke Bali, pada saat itu setelah sampai di Bali, kalender Saka telah mengalami perubahan pada sistematikanya. Sehingga terjadi perbedaan, karena hal itulah menyebabkan kalender Saka yang ada di Bali lebih dikenal dengan nama kalender Saka Bali.


Hingga kini belum dapat dipastikan siapa yang menemukan, siapa pencipta sebenarnya, dan dari kapan berlakunya. Namun, jika ditinjau dari segi penerbitan kalender Saka Bali, maka ada seorang tokoh yang menjadi perintisnya, yaitu I Gusti Bagus Sugriwa dan I ketut Bambang Gede Rawi. Kedua orang inilah yang telah Menyusun kalender Saka Bali.


Kalender Saka Bali selalu berpedoman pada kalender matahari di dalam penentuan awal dan akhir tahun, maksudnya adalah pada saat matahari tepat berada di bawah khatulistiwa. Akhir tahunnya ada pada tilem/New Moon kesanga pada saat bulan mati yang terjadi antara bulan Maret – April dan merupakan tilem yang terdekat dengan tanggal 21 Maret. Di saat itu dilaksanakan upacara Tawur Kesanga dan di hari esoknya umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi yang juga dikenal sebagai Tahun Baru Saka.


Untuk menentukan umur bulan kalender Saka Bali, maka berpedoman pada perhitungan sasih yang terhitung dari tanggal 1 sampai tilem, yakni 29 – 30 hari. Nama-nama sasih tersebut, yaitu: Kesanga, Kedasa, Jhista, Shada, Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kaenem, Kapitu, Kewolu. Umurnya 354-355.


Selain itu, Kalender Bali juga memasukkan kalender Wuku, yang merupakan Kalender yang hanya ada di Indonesia, dimana perhitungannya, umur dalam 1 tahunnya adalah 420 hari. 1 Wuku sama dengan 7 hari (1 minggu) dan Wuku memiliki jumlah 30.


Pada sistem kaleder Bali, 1 minggu terdiri dari 7 hari yang disebut Saptawara. Saptawara sering digunakan bersama dengan Triwara (minggu dengan 3 hari) dan Pancawara (minggu dengan 5 hari).


Pada sistem kaleder Bali tahun ini, Nyepi 1945 akan jatuh pada Rabu, 22 Maret 2023.


Upacara Nyepi

Dilansir pelajarancg.blogspot.com dari IndonesiaBaik.id, Perayaan Hari Raya Nyepi atau Nyepi merupakan hari suci agama Hindu yang dirayakan didasarkan pada penanggalan atau kalender Saka yang digunakan oleh umat Hindu di Bali dan Lombok. Tahun Baru Saka memiliki makna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. Setiap tahunnya, umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka yang dilakukan dengan cara Nyepi selama 24 jam.


Selama Nyepi, umat Hindu melakukan rangkaian acara yang terdiri dari:
  • Tawur - Tawur memiliki arti dalam bahasa Jawa sama dengan saur, dalam bahasa Indonesia berarti melunasi utang. Di setiap catus pata (perempatan) desa atau pemukiman mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.
  • Upacara Melasti - Biasanya dilakukan selambat-lambatnya pada Tilem Sore. Inti dari acara ini adalah menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Kegiatan ini dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan, dan segara.
  • Amati Geni - Ada empat berata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya Nyepi, salah satunya adalah Amati Geni yang berarti berpantang menyalakan api.
  • Ngembak Geni - Mulai dengan aktivitas baru yang didahului dengan mesima krama di lingkungan keluarga, warga terdekat (tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas. Yadnya dilaksanakan karena kita ingin mencapai kebenaran.
  • Menghaturkan bhakti atau pemujaan - Kegiatan ini dilakukan di balai agung atau pura desa di setiap desa pakraman, setelah kembali dari mekiyis.




Rekomendasi Ucapan Hari Nyepi

Adapun berikut rekomendasi ucapan untuk dikirimkan kepada kerabat dan teman umat Hindu di Bali dan Lombok yang merayakan Hari Raya Nyepi!


1. Marilah kita berdoa untuk kebangkitan, pembaharuan, kebersamaan, toleransi, kedamaian, dan kerukunan di seluruh dunia. Semoga kita selalu mampu meninggalkan aktivitas duniawi dalam keheningan dengan cara bermeditasi guna sambut Tahun Baru Saka!


2. Semoga kita selalu mencapai kebahagiaan dan kedamaian dan kebenaran sepanjang tahun, Selamat Hari Raya Nyepi 2023!


3. Di tahun Baru Saka ini, mari sucikan alam manusia dan alam semesta. Selamat Hari Raya Nyepi 1945!


4. Semoga damai menyertaimu selama perayaan yang dipenuhi keseimbangan ini. Selamat hari raya Nyepi yang Suci!


#Sejarah Nyepi #Ucapan Nyepi #Upacara Nyepi #Nyepi

Post a Comment for "SEJARAH DAN UCAPAN HARI RAYA NYEPI"