WAWANCARA

1) Pengertian 2) Keterampilan yang harus dimiliki seorang pewawancara 3) Bentuk-bentuk Wawancara 4) Model pendekatan dalam wawancara 5) Tahap-tahap Wawancara


1) Pengertian

Wawancara atau interview merupakan salah satu wujud dari komunikasi interpersonal dimana merupakan suatu bentuk komunikasi yang langsung tanpa perantara media antar individu, dalam hal ini peran sebagai pembicara dan pendengar dilakukan secara bergantian, serta sering kali peran itu menyatu.


Wawancara merupakan suatu proses komunikasi dyadic dengan suatu tujuan dan maksud yang serius yang dirancang untuk pertukaran perilaku dan melibatkan proses tanya jawab. Yang dimaksud dengan proses pada hal ini adalah terjadinya suatu proses yang dinamis yang saling bergantian dengan beberapa variabel yang terlibat dimana derajat dari system/struktur tidak terlalu pasti (fleksibel). Sedangkan yang dimaksud dengan dyadic adalah bahwa interview atau wawancara merupakan interaksi antar dua pihak (individu ke individu) tidak lebih dari dua pihak yaitu interviewer (pewawancara) dan interviewee (orang yang diwawancarai).


Wawancara berbeda dengan percakapan biasa. Wawancara merupakan salah satu cara untuk melakukan asesmen yang mempunyai beberapa ciri, yaitu:
  1. Mempunyai tujuan dan maksud yang jelas.
  2. Pewawancara bertanggung jawab untuk mengarahkan interaksi dan memilih isi pembicaraan.
  3. Tidak ada pertanyaan yang bersifat timbale balik antara pewawancara dan klien.
  4. Perilaku pewawancara direncanakan dan diatur.
  5. Biasanya pewawancara diharuskan menerima permintaan klien untuk suatu kegiatan wawancara walaupun dalam beberapa situasi (sekolah, rumah, kantor). Untuk hal-hal tertentu anak dan orangtua diharuskan datang guna melakukan wawancara.
  6. Pewawancara disyaratkan untuk memberikan atensi yang berkesinambungan selama terjadi interaksi.
  7. Wawancara secara formal direncanakan dalam suatu pertemuan.
  8. Kenyataan dan perasaan yang tidak menyenangkan tidak perlu dihindari.


Pelajari juga: PERBEDAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR DAN TIDAK TERSTRUKTUR

2) Keterampilan yang harus dimiliki seorang pewawancara

a) Mendengarkan

Kemampuan untuk mendengarkan secara kreatif dan empatik diperlukan untuk dapat mengorek lebih dalam isi dari permukaan yang disampaikan, kemampuan ini merupakan kunci dalam proses wawancara. Menjadi pendengar yang baik berarti harus dapat terbebas dari sekedar mendengarkan dan dapat memberikan perhatian penuh pada klien, pendengar yang baik tidak hanya memusatkan perhatiannya pada “apa yang dikatakan” tetapi juga “bagaimana mengatakannya”. Perhatian tidak hanya terpusat pada klien, tetapi juga pada dirinya sendiri dalam arti sadar terhadap kebutuhan, nilai dan standar yang dimiliki yang kemungkinan berpengaruh terhadap penangkapan pewawancara tentang isi pembicaraan dengan klien.


Ada tiga macam mendengarkan dalam wawancara, yaitu:
  1. Mendengarkan kritis (critical listening)
    Merupakan metode positif dalam mendengarkan. Dari apa yang diterima cenderung tidak banyak feed back. Metode ini hanya berfokus pada apa yang ingin didengarkan.
  2. Mendengaran aktif (active listening)
    Metode yang bisa menyediakan pemahaman bagi dirinya sendiri maupun dalam pemberian feed back. Metode ini memerlukan pendengar untuk memahami, menafsirkan, dan mengevaluasi apa yang ia dengar.
  3. Empati dalam mendengarkan (emphathic listening)
    Metode mendengarkan secara aktif menggunakan client-centered approach; meliputi kemampuan untuk merasakan (sensing), memproses (prosessing) dan merespon (responding) secara empati. Suatu cara untuk dapat lebih memahami perasaan-perasaan yang diterima.



b) Mengobservasi suara dan pembicaraan/ucapan

Seringkali orang tidak mau mengatakan persoalannya secara langsung tetapi tampak dalam perubahan-perubahan suara selama proses wawancara, jika hal ini terjadi cobalah untuk mengerti “mengapa”. Pewawancara juga dapat memperkirakan kondisi psikologis klien dari caranya berbicara dan isi pembicara. Oleh karena itu, keterampilan ini dinilai penting untuk membantu memfokuskan masalah.


Ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai pegangan, diantaranya:
  1. Intensitas suara (suara sangat keras, sangat lembut, monoton).
  2. Kecepatan pembicaraan (sangat lambat, tersentak-sentak, monoton, sedang)
  3. Kelancaran berbicara (bloking, keragu-raguan).
  4. Spontanitas (spontan, ragu-ragu, tidak dapat lugas, malu mengucapkan sesuatu).
  5. Waktu reaksi (cepat/lambat daam menanggapi pertanyaan baik yang umum maupun khusus).
  6. Relevansi pembicaraan dengan topik (relevan/tidak relevan).
  7. Sopan santun dalam berbicara.
  8. Penyimpangan dalam mengucapkan sesuatu (ekolalia, kata yang bercampur baur).
  9. Pengaturan pembicaraan (teratur, melompat-lompat).
  10. Perbendaharaan kata (banyak-sedikit).
  11. Kualitas suara (mendesah, parau, serak).
  12. Penguasaan pembicaraan (pengulanngan, pembetulan, kata tidak komplit).



c) Mengobservasi bahasa non verbal (perilaku)

Dalam wawancara seorang pewawancara perlu memperhatikan bentuk komunikasi verbal dan non verbal saat wawancara berlangsung. Selain itu, pewawancara juga harus memiliki keterampilan dalam membuka dan mengakhiri wawancara.


Pesan-pesan non verbal dapat:
  1. memperkuat dan memverifikasikan pesan-pesan verbal seseorang.
  2. Menekankan pesan verbal.
  3. Pesan pesan non verbal mungkin menggantikan pesan-pesan verbal.
  4. Kadang-kadang simbol-simbol non verbal tidak konsisten dengan simbol-simbol verbal. Bahkan mungkin berlawanan, jadi bukan sekedar apa yang dikatakan, tapi bagaimana cara mengatakannya.
  5. Mengintegrasikan observasi.


Pelajari juga : TEORI-TEORI WAWANCARA

3) Bentuk-bentuk Wawancara

  1. Information giving, bertujuan untuk menyampaikan informasi, misalnya: orientasi, seperti pemberian instruksi pekerjaan.
  2. Information gathering, bertujuan untuk mendapatkan/mengumpulkan informasi, misalnya: survey & pooling; exit interview (biasanya dilakukan oleh suatu perusahaan yang mempunyai pegawai yang mengundurkan diri dengan tujuan untuk memperbaiki kekuarangan-kekurangan yang ada); interview riset (misalnya: investigasi pada perusahaan asuransi); berhubungan dengan medis (misalnya: psikolog dan psikiater); jurnalistik.
  3. Seleksi, meliputi screening (seleksi awal), determinasi (penentuan, misalnya menentukan gaji atau penempatan karyawan).
  4. Wawancara untuk masalah perilaku pada interviewee nya, antara lain evaluasi, review (kilas balik pekerjaan), penilaian, correction, reprimind (teguran), pendisiplinan, pemisahan, firing (PHK). Wawamcara jenis ini merupakan wawancara yang paling sulit karena sangat membutuhkan data-data yang akurat.
  5. Problem-problem yang ada pada interviewer, seperti menerima complain, grievances (keluhan), menerima saran, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya khusus.
  6. Problem solving (non-direct), adanya sharing problem secara timbale balik, dan pemberian saran.
  7. Persuasi (direct), pada saat penjualan jasa & produk, quasi-commercial selling, penerimaan anggota member.


Pelajari juga WAWANCARA : JENIS-JENIS WAWANCARA DAN LANGKAH-LANGKAH WAWANCARA

4) Model pendekatan dalam wawancara

  1. Direct interview

    Kelebihan: mudah dipelajari, memerlukan waktu yang lebih sedikit, menyediakan data yang bisa digunakan, bisa digunakan sebagai suplemen/metode tambahan dalam mengumpulkan data, dapat direplikasi/diulang-ulang.


    Kekurangan: tidak fleksibel, terbatas dalam variasi & kedalaman mengenai topik, tidak member kesempatan kepada interviewer untuk menggunakan teknik yang bermacam-macam, sering digunakan untuk menggantikan alat pengumpul data yang lebih efektif & efisien daripada menggunakan wawancara, validitas informasi yang didapat patut dipertanyakan, terutama pada intonasi suara & jenis kelamin interviewernya & hal-hal yang bisa menimbulkan bias.
  2. Non-direct interview

    Kelebihan: interviewer lebih fleksibel dalam mengajukan pertanyaan, memberi kesempatan untuk lebih luas & menggali lebih dalam mengenai suatu topic. Memberi kesempatan kepada interviewer untuk menjalin hubungan yang lebih mantap, memberi kemungkinan kepada interviewer untuk mengekspresikan dirinya lebih luas.

    Kekurangan: memakan banyak waktu, membutuhkan kepakaan kepada interviewee/interviewer yang sesitif, umumnya menghasilkan data yang tidak dapat dikuantifikasikan, memungkinkan kepada seseorang untuk memberikan informasi melebihi dari apa yang dibutuhkan/yang bisa diproses.



5) Tahap-tahap Wawancara

a) Tahap opening (pembuka)

Terdapat dua langkah dalam opening, yaitu:


(1) Rapport


Rapport merupakan suatu proses yang menciptakan itikad baik dan kepercayaan diantara interviewer dan interviewee dan ini sering dimulai dengan suatu pengenalan diri atau suatu sapaan. Berhati-hatilah pada tahap ini, karena dapat mematikan partisipasi responden, juga apabila interviewer terlalu banyak ciara yang manis-manis, terutama yang tidak jujur.


Contoh:
  1. Bahasa verbal seperti:
    “Selamat pagi, perkenalkan saya Adi Penulis Kurikulum Pelajarancg”
    “Selamat pagi bapak Taufik”
  2. Perilaku non verbal seperti: Berjabat tangan, anggukan, senyuman, dan suara yang menyenangkan
  3. Pertanyaan lanjutan yang sifatnya personal seperti: “Apa kabar bapak?” atau topik-topik lain seperti tentang cuaca, keluarga, kejadian terkini
  4. Selingan humor



(2) Orientasi

Langkah selanjutnya yakni penjelasan tujuan lama dan proses wawancara, tanggung jawab organisasi, bagaimana informasi akan digunakan, dan alasan mengapa interviewee terpilih.


Contoh: “Saya adalah Penulis dari Kurikulum Pelajarancg.blogspot.com, Blog Pelajarancg adalah blog yang menulis artikel tentang pendidikan di Indonesia dan saat ini kami sedang membutuhkan penulis blogspot yang sudah berpengalaman dibidangnya. Selama kurang lebih 30 menit kedepan kita akan melakukan wawancara untuk posisi tersebut. Sebelumnya apakah saudara pernah bekerja?”


Ada beberapa teknik yang dapat membantu rapport dan orientasi pada tahap opening, diantaranya:

a) Menyimpulkan masalah


Teknik ini bermanfaat apabila interviewer tidak memahami masalah atau kurang mendalami masalah. Missal dalam wawanara riset atau survey, dimana interviewer harus menyembunyikan tujuan untuk memperoleh jawaban yang jujur dan bebas.


Contoh :

“saya memanggil saudara ke ruangan saya adalah dalam rangka mengkonfirmasi mengenai kejadian pencurian yang terjadi dua hari yang lalu di ruangan saudara. Jadi sebenarnya apa yang terjadi?”


b) Menjelaskan timbulnya masalah


Contoh : “kemarin ketika dilakukan audit ditemukan bahwa pencurian naik hampir 12% daripada hasil audit sebelumya. Saya ingin mengetahui bagaimana pendapat saudara mengenai prosedur keamanan terbaru yang saya kembangkan?”


c) Sebutkan manfaat keterlibatan interviewee dalam proses wawancara


Contoh : “Terimakasih atas kesediaan saudara untuk terlibat dalam proses praktikum wawancara ini. Saya berharap proses wawancara ini tidak hanya bermanfaat bagi saya pribadi tetapi juga bagi anda sebagai gambaran jika nantinya anda akan melamar pekerjaan di suatu perusahaan.”


d) Meminta saran dan bantuan


Dimulai dengan proses orientasi kemudian meminta kejelasan, ketepatan, dan kejujuran interviewee dalam menjawab pertanyaan wawancara.


e) Mengarahkan pembicaraan yang berhubungan dengan posisi dan hal-hal yang diketahui interviewee atau issue tertentu


Interviewer harus hati-hati dalam menggunakan teknik ini karena referensi yang tidak tepat dapat memancing sikap defensive responden. Contoh:

“Oh, posisi bapak sebagai supervisor penulis pelajarancg berarti bapak sudah sangat berpengalaman di bidang tulisan, sepertinya bapak sangat menjiwai sekali ya tugas bapak di dunia blogging…?”


f) Mengarahkan pembicaraan mengenai pihak yang merekomendasikan interviewee


Metode ini hanya digunakan jika intervewer mengetahui orang yang mengirim interviewee dan interviewer mengetahui jika interviewee menyukai orang tersebut.


Contoh :

“Atasan saudara adalah pak Bagus? Pak Bagus dulunya adalah teman satu sekolah saya”


g) Mengarahkan pembicaraan mengenai lembaga yang dinaungi interviewer

Menunjuk pada suatu kelompok atau organisasi tertentu untuk memotivasi interviewee untuk bekerjasama.


Contoh : “saya banyak mendengar hal positif mengenai jaminan pencairan klaim di perusahaan asuransi bapak. Bagaimana bapakk bisa me-manage aplikasi klaim yang pasti sangat banyak itu?”


h) Meminta waktu secara spesifik


Contoh : “Bagaimana jika wawancara ini kita lanjutkan sampai dengan 15 menit lagi, apakah anda bersedia?”


i) Bertanya
  • Open-ended, contoh: “Apa yang dapat saya lakukan untuk anda?”
  • Mudah dijawab & pertanyaan jelas
  • Relevan dengan tujuan wawancara



j) Menggabungkan beberapa teknik opening

Kesembilan teknik standar dapat dipakai secara kombinasi atau digabungkan 2 sampai lebih teknik.


Selain itu, tahap opening juga harus disertai dengan observasi non verbal, sopan santun dan etika interviewee akan mempengaruhi kesan pertama yang dibangun, misalnya:
  • Etika memasuki ruang wawancara
  • Etika berhadapan dengan lawan bicara
  • Kontak mata
  • Penampilan
  • Berjabat tangan
  • Sentuhan



b) Tahap Body (inti)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini, yaitu: a) Tipe pertanyaan
  • Open & closed question

    (a) Open question
    1. Tidak ada jawaban “ya” atau “tidak”
    2. Menggali lebih banyak informasi
    3. Diawali dengan 5W + ceritakan…, gambarkan…, dengan cara apa…
    4. Menggabungkan opini, sudut pandang, pikiran, dan perasaan
    5. Menciptakan rapport, percakapan yang berkesinambungan
    6. Presentase bicara antara interviewer dan interviewee optimum


    (b) Closed question
    1. Hanya menggali fakta
    2. Membatasi percakapan & jawaban
    3. Diawali dengan: “mampukah”, “sudahkah”, “apakah”
    4. Interviewee merasa diinterogasi
    5. Menciptakan suasana Tanya jawab, bukan percakapan
    6. Interviewer lebih banyak bicara
  • Primary & secondary question

    (a) Primary question
    • Mengenalkan topik pembicaraan
    • Pertanyaan awal = primary question



    (b) Secondary question
    • Untuk informasi lebih lanjut
    • Disebut juga probing atau follow up question
    • Sangat berguna jika: jawaban interviewee tidak langkap, dangkal, kurang tepat, tidak jelas



    Penggunaan secondary question:
    • Apabila jawaban interviewer tidak lengkap/terpotong: Nudging Probes.
    • Apabila interviewer tidak yakin informasi komperehensif: Clearinghouse Probes.
    • Apabila jawaban interviewee dangkal: Informational Probes.
    • Apabila interviewee tidak jelas: menanyakan/meminta penjelasan lebih lanjut.
    • Apabila jawaban interviewee mengarah kepada sikap & perasaan: Merespon dengan pertanyaan tentang kecenderungan sikap & apa yang dirasakan.
    • Apabila jawaban interviewee tidak berkaitan dengan pertanyaan: Mengulang pertanyaan & penekanan non verbal.
    • Apabila jawaban interviewee tidak akurat: Reflecting Probes.
    • Apabila interviewer ingin mengecek kesamaan persepsi: Mirror/Summary question.
  • Neutral & Leading question

    (a) Neutral question
    • Jawaban interviewee tidak diarahkan/ditekan


    (b) Leading question
    • Pertanyaan menjurus pada harapan & keinginan tertentu
    • Aspek yang menekan bias: setting wawancara, intonasi, cara bertanya




b) Menyusun pertanyaan
  • Tata bahasa (a) Gunakan bahasa baku, bukan bahasa jargon/slang. (b) Sesuaikan pilihan kata dengan frame of reference interviewee. (c) Buatlah pertanyaan secar jelas, tidak samar. (d) Berhati-hati dalam pengucapan. (e) Memberikan pertanyaan sesuai dengan panduan untuk hasil reliabel.
  • Kesinambungan (a) Kesinambungan pertanyaan satu dengan lainnya. (b) Berikan penjelasan jika terkesan kurang relevan. (c) Pilihan timing.
  • Tingkat Pengetahuan (a) Pertanyaan lebih tinggi dari tingkat pengetahuan interviewee: dapat menyebabkan interviewee merasa malu, marah, enggan merespon (b) Pertanyaan lebih rendah dari tingkat pengetahuan interviewee: interviewee merasa diejek
  • Kompleksitas (a) Hindari pertanyaan yang rumit/kompleks (b) Gunakan pertanyaan sederhana & jelas
  • Kemudahan

    Kemampuan interviewee menjawab pertanyaan seputar aspek sosial, aspek psikologis dan aspek situasional



3) Tahap Closing (penutup)
  1. Fungsi Closing
    • Pesan mengakhiri wawancara bukan berarti mengakhiri hubungan.
    • Wawancara diakhiri dengan baik.
    • Menyimpulkan materi wawancara.
  2. Panduan Closing
    • Bersikap tulus & jujur
    • Jangan tergesa-gesa
    • Jangan memulai topik baru
    • Akhiri tepat pada waktunya
    • Hindari kesalahan menutup wawancara
    • Terbuka tentang rencana selanjutnya
    • Hindari “Leave departure”
  3. Teknik Verbal dalam Closing
    • Menawarkan untuk menjawab pertanyaan
    • Gunakan clearinghouse question
    • Sampaikan bahwa tujuan telah tercapai
    • Buatlah “personal inquiries”
    • Buatlah “professional inquiries”
    • Sampaikan bahwa waktu habis



Post a Comment for "WAWANCARA"